[19]

4.7K 788 161
                                    

Click vote and submit your comment

Sebotol minuman ditenggak habis oleh para mahluk yang mengelap kulit wajah berkeringat dengan handuk kecil. Pelatih Nekomata mengajakmu dan Seijuro ke dalam ruangan pribadinya, hendak mengatakan sesuatu, katanya. Menompang dagu malas, kau mendengus sambil menatap Seijuro sebal. Seijuro tampak santai dengan senyum khas yang membuat para gadis di luar sana meleleh.

Pelatih Nekomata datang, lalu duduk di hadapan kalian. Meja persegi empat yang di atasnya terdapat sebuah vas berisi bunga imitasi itu diletakkan tiga cangkir teh hangat oleh petugas dapur. Mendadak, kau merasa tidak enak karena diperlakukan seperti ini oleh pemilik tempat. "Kalian suka teh?" Tanya pelatih Nekomata sambil menyesap teh hangatnya perlahan.

"Terima kasih, anda tak perlu repot," jawab Seijuro kalem dengan wibawanya. Ia meletakkan cangkir teh yang telah diminumnya di atas piring tatakan. Kedua lengannya bersedekap sambil memejamkan mata dan mengulas sebuah senyum simpul.

Suasana masih hening, pelatih Nekomata berdeham singkat lalu membuka topik pembicaraan. "Jadi, aku tak menyangka dapat bertemu dua Akashi di sini." Seijuro terkekeh menanggapi, sementara kau hanya tersenyum canggung di sebelahnya. Menyenggol lengan Seijuro pelan, lalu kau berbisik tepat di telinganya. "Beritahu aku apa yang sedang terjadi di sini."

"Soal ajakanmu itu, aku terima. Tapi memangnya kalian bisa bermain voli?"

Kau yang berada di samping Seijuro terkekeh pelan menanggapinya, tidak sopan memang. "Mereka monster, pelatih. Aku khawatir mereka yang kewalahan," ucapmu. "Lalu, bagaimana bisa kau sudah mengenal Nii-sama?" Tanyamu penasaran.

"Akashi-kun tidak bilang padamu? Aku mengenalnya saat perusahaan Akashi mensponsori kamp musim panas ini," kata pelatih Nekomata yang membuatmu tercengang.

Matamu menatap tajam Seijuro, "Bangsat," katamu hanya dengan gerak bibir tanpa suara. "[name], jaga bicaramu," tukas Seijuro yang membuat pelatih Nekomata menaikkan satu alisnya.

"Aku tidak berbicara," jawabmu sekenanya, toh Seijuro yang membuatmu mengeluarkan kata-kata suci. Merotasikan kedua bola mata, lalu menatap jengah Seijuro dan berusaha mati-matian menjaga atitude di depan pelatih Nekomata. Rasanya ingin segera pergi meninggalkan ruangan ini dan berteriak di tengah lapangan. Oke, lupakan yang terakhir.

Sebenarnya, apa masalah jika kau melepas kacamata dan kembali bersama dengan segerombol orang berambut pelangi? Tidak ada yang salah, hanya saja tatapan mereka membuatmu merasa bersalah. Ayolah, kau sudah muak bersandiwara. Tidak, sebenarnya dari awal kau tidak bersandiwara. Sejak awal namamu memanglah [name] tanpa marga Akashi. Apa nama keluarga itu penting untuk menjalin sebuah ikatan pertemanan?

Rambut panjangmu bergontai mengikuti gerakan kepala, sesekali ikut tertiup angin dari kipas yang dinyalakan. Gerah, kau mengambil ikat rambut yang dijadikan gelang di tangan, lalu mengikat rambutmu asal tanpa memikirkan bagaimana bentuknya. Toh, kalau memang cantik, ya cantik saja.

"Ayo, kurasa mereka sudah menunggu kita," ajak pelatih Nekomata beranjak dari tempatnya, menuju keluar ruangan menemui anak didiknya.

Hanya tersisa kau dan Seijuro di ruangan itu. "Perlahan, rasa kagumku berubah menjadi benci padamu," kataku pelan berusaha mengendalikan emosi. Kau menarik lalu mengembuskan napas pelan. "Kau terlalu banyak ikut campur urusanku, semuanya jadi bertambah runyam dan aku seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa di sini!"

Setitik air mata lolos dari matamu, dengan napas terengah, kau usap kasar matamu dengan lengan. "Aku hanya takut," bisik Seijuro yang langsung mendekapmu. "Aku takut jika kehilanganmu. Selama ini aku bermimpi buruk, aku melakukan semua ini untukmu dan semuanya berjalan sesuai perkiraanku."

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang