[21]

4.5K 682 115
                                    

Voment ya, 1600 words nih:v kalo part ini nyampe 100 vote, bakal langsung apdet chap baru :p
.
.
.

Brak

Nyeri melanda sekujur tubuhmu. Kau mengerang sambil mengelus tubuh bagian belakang yang baru saja mencium lantai. Dengan mata masih terpejam, kau meraba-raba tempat tidur lalu perlahan menaikinya. Suara pintu dibuka terdengar. "Sedang apa kau di situ?" Tanya Seijuro heran.

"Entah. Terjatuh, mungkin?" Balasmu serak sambil berusaha keras membuka mata, seperti ada lem yang merekatkannya.

"Dasar, kau masih suka terjatuh. Mimpi buruk?"

Seijuro membantumu kembali naik ke atas tempat tidur, ia menyodorkan segelas susu hangat yang tadi dibawanya. Dengan kesadaran yang belum pulih, kau mengambil gelas itu dari Seijuro. Bibirmu diletakkan di bibir gelas lalu menyesap cairan berwarna cokelat itu perlahan.

"Sepertinya begitu. Aku tidak terlalu ingat, tapi sepertinya aku melakukan kesalahan besar dan ... sedikit konyol di sana," ucapmu kemudian.

Kini tanganmu menggenggam gelas kosong yang isinya telah kandas kau minum. Lidahmu menjilat susu tersisa yang menempel sudut bibir. "Aku benar-benar pusing. Yang kuingat jika aku membeberkan semuanya, lalu memamerkan kalian seperti barang baru di etalase toko. Gila, mimpi macam apa itu."

Embusan napas berat menjadi pengiring di akhir. Kekehan yang keluar dari mulut Seijuro membuat kau merotasikan kedua bola mata malas. "Terima kasih susu cokelatnya. Kau benar-benar membuat pagi hariku buruk," ucapmu meliriknya tajam.

"Kau itu adik kecilku yang ceroboh. Wajar saja jika kau melakukan hal seperti di mimpimu, sih."

"Sejujurnya, aku tidak sudi punya kakak sepertimu. Namun, takdir berkata lain," ucapmu dengan sendu dibuat-buat. "Ngomong-ngomong, jam berapa sekarang? Kenapa langitnya gelap sekali?"

"Pukul enam pagi. Langit baru saja berhenti meneteskan air, wajar saja masih mendung." Seijuro mengalihkan pandangannya ke jendela yang tadi dibukanya. Tak ada secercah sinar mentari yang hangat, hanya ada gelap diselingi bercak air di sana dengan udara dingin yang membuat siapa pun enggan meninggalkan tempat tidur—kecuali manusia di hadapanmu, tentu saja.

Kau menatap Seijuro intens dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menyadari tatapanmu, pemuda itu balas menatapmu bingung. "Kau mau berolahraga?" Tanyamu sambil mengangkat satu alis heran.

"Seperti yang kau lihat, aku berniat mengajakmu sejak aku melihat gumpalan lemak di perut buncitmu itu," kata Seijuro sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

Baru saja kau ingin menolak, dia buru-buru melanjutkan perkataannya. "Aku tidak menerima penolakan." Lalu, pemuda yang telah mengenakan kaus dan celana training itu berlalu meninggalkan kamar. Setelah mengutuknya dalam hati, dengan enggan pun kau beranjak menuju lemari pakaian mengambil baju olahraga.

•••

Berlari sambil mengenakan hoodie tebal mungkin terlihat aneh, kau terus mengeratkan hoodie yang kau pakai guna menghilangkan rasa dingin sambil mempercepat langkah kaki menyusul Seijuro yang berada di depanmu.

Dengan napas terengah, kau mendaratkan bokongmu di kursi taman yang sedikit basah di samping Seijuro. Ia menyodorkanmu sebotol air yang langsung kau habiskan dengan rakus. "Sudah berapa lama aku tidak olahraga, ya? Rasanya melelahkan sekali," ucapmu sambil mengelap air di sudut bibir.

"Oh iya. Sei-nii, ada yang ingin kutanyakan."

"Apa?"

Kau menarik napas pelan, "Apa hari ini ada pertandingan streetball? Apa kemarin kita bersama dengan kiseki no sedai? Dan juga, apa semalam kau menghubungi untuk kabur?"

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang