[34]

2.5K 472 17
                                    

Voment ya gaes :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voment ya gaes :)

Masih di hari yang sama, [name] mengunci diri di kamarnya tanpa mempedulikan Seijuro yang memanggilnya sedari tadi. Sibuk menggelung diri di balutan selimut sambil menyalakan lagu dengan volume keras melalui earphone yang disumpal di telinga, membungkam suara Seijuro yang memintanya untuk keluar. Jujur saja, [name] baru tahu jika Seijuro ternyata bisa menjadi seperti itu, memohon pada [name] untuk mendengar penjelasan darinya. Terbesit rasa senang sekaligus bersalah bersamaan. Yang gadis itu tahu, Seijuro tak pernah sampai seperti ini. Mungkin, memang ada hal penting yang harus dibicarakan.

Akhirnya, setelah satu jam berdiam diri, ia pun meruntuhkan egonya. Musik dimatikan, earphone dilepas, dan menanggalkan selimut yang membungkus tubuh mungilnya. Perlahan, kaki jenjangnya menuruni ranjang, tapak kaki menyentuh permukaan karpet lembut yang melapisi lantai supaya tidak dingin.

Dengan rambut yang kusut, juga piyama tidur kebesaran, ia memakai sandal rumah berbentuk kelinci. Sempat ragu, namun pada akhirnya ia membuka kenop pintu yang terkunci. Saat pintu terbuka, ia langsung berhadapan dengan Seijuro di sana. Mengulas senyuman tipis yang membuat sang gadis meringis. Bagaimana bisa ia tega pada kakak yang sangat dicintainya?

Keduanya duduk di atas sofa, [name] memeluk erat boneka bantal berbentuk panda. Masih belum ada yang mengeluarkan suara. Sang gadis menggigit bibir bawahnya, canggung. "[name]." Gadis itu lantas menoleh, menatap ragu-ragu pada pemuda berambut merah itu.

"Aku akan memberitahumu. Sesuatu yang sangat penting," katanya, kedua maniknya menatap lekat obsidian sang adik. Lalu menyerahkan sebuah map padanya. [name] mengernyitkan dahi, memberi tatapan bertanya. "Baca, lalu aku akan menjelaskan semuanya."

"Termasuk ... rahasia besar tentang kita berdua."

•••

Malam itu membuatnya meyakinkan diri untuk kembali ke negara kelahirannya, meski butuh keberanian yang besar, tapi ia yakin jika ia dapat mengatasi dengan baik. Termasuk, permasalahan hatinya. Mungkin berlebihan, tapi ketahuilah, untuk remaja yang saat itu baru merasakan perasaan suka, ia dihadapkan dengan sesuatu yang sangat complicated. Kalau dipikir-pikir, sejauh ini yang ia lakukan memanglah konyol. Bahkan orang yang disukainya pun tidak tahu perasaan gadis itu. Mungkin, ia hanya dianggap sebagai teman atau adik saja.

Ia menarik kopernya menuruni pesawat, masih merasakan jet lag karena perbedaan waktu kedua negara beda benua itu. Selagi menunggu barangnya, ia mengecek ponsel, mengabari Seijuro yang lebih dulu pulang untuk memberitahu jika ia telah sampai.

I'm home, tunggu aku di kedatangan internasional:)

Pesan singkat itu terkirim. Tak lama, ponselnya bergetar, tanda jika pesan baru masuk.

Baiklah, aku sudah di bandara sejam lalu.

Gadis itu terkekeh, tanpa berniat membalas pesan itu dan segera memasukkan ponselnya ke dalam saku.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang