[17]

4.5K 817 95
                                    

Unpublish/keep this version?

.

Piring yang semula berisi makanan itu kini sudah kosong, semuanya tersapu habis. Satu tegukan mengakhiri semuanya. Gelas yang semula berisi jus itu juga telah habis. Kau teringat akan sesuatu, lalu merogoh ponsel di saku celana. Sebelumnya, telah terpasang air plane mode sehingga tak ada satupun notifikasi yang masuk.

Kala data diaktifkan, ponselmu tak henti-hentinya bergetar. Kebanyakan dari rekan yang kau tinggalkan tanpa kabar. Kau menyodorkan ponselmu pada Seijuro, menyuruhnya membaca pesan agar ia merasa bersalah. Bukan rasa bersalah yang terpatri di rautnya, melainkan hanya kekehan kecil yang membuatmu mengernyitkan dahi.

"Itu tandanya mereka peduli padamu. Bukankah kau menginginkan pertemanan yang tulus?"

Terdiam sesaat, kau mengiyakan perkataannya. Namun, apabila mereka mengetahui identitas aslimu, apa mereka masih seperti sekarang?

Selama ini yang tulus berteman denganmu bisa dihitung jari, mereka yang berada di sini termasuk ke dalamnya. Kebanyakan hanya mencari muka dan ingin mendapat keuntungan pribadi saja. Kau muak dengan para munafik seperti itu.

"[name]-chin, nanti beli maibou dulu, ya?" Pinta Murasakibara dengan wajah polosnya.

Kau terkekeh sambil mengiyakan ajakannya. Kali ini kau akan mentraktirnya, sebagai reuni khusus pecinta makanan. Dengan perut kenyang, kalian pergi meninggalkan restoran yang dibayar cuma-cuma dengan tiket promo hasil kemenangan telak kalian.

Matamu melihat waktu yang tertera di jam, sementara Seijuro sedang berbincang dengan seseorang di ponselnya. Latihan masih berlangsung sekarang, ada sebuah ide terbesit spontan di otakmu.

"Hei, apa kalian mengerti permainan voli?" Tanyamu sambil memiringkan kepala, menatap mereka satu per satu dengan serius.

"Hee voli? Itu merepotkan," timpal Murasakibara malas.

"Aku mengerti, tapi aku tidak mencintainya seperti aku mencintai basket," kata Kuroko tiba-tiba. Untung saja kau bisa merasakan hawa keberadaannya yang tipis, jadi tidak perlu menghabiskan waktu untuk menetralkan detak jantung.

Alis bercabang Kagami terangkat, ia terlihat bingung dan hendak menanyakan sesuatu namun Aomine sudah lebih dulu menyelanya. "Kami bisa, Akashi sudah memberitahu kami. Kecuali orang bodoh di sebelahku," katanya cuek sambil menunjuk Kagami yang sudah menyumpahinya.

Sesama bodoh tidak boleh saling mengejek.

"Dasar mulut ember," cibirmu pada Seijuro yang tampak tenang dengan tangan disilangkan di depan dada.

"Jadi, kau meminta kami untuk menjadi lawan tanding mereka? Pikiranmu terlalu mudah ditebak, nanodayo," ucap Midorima berhipotesa, ditangannya ia memegang sebuah remot tv sebagai benda keberuntungannya.

"Aku penasaran dengan pertandingan voli." Momoi memandang ke langit sambil meletakkan jarinya di bibir.

Kise, sang copycat sudah percaya diri akan memenangkan pertandingan. Padahal, mereka atlet basket tapi begitu percaya diri akan menang pertandingan voli. Tak tahukah mereka jika yang akan mereka lawan itu mengerikan? Sama mengerikannya dengan mereka di bidang basket.

Tidak ada dunk, phantom shoot, ankle break, dan sebagainya. "Supaya adil, bagaimana jika ditambah dengan mini game basket?" Usul Kise. Momoi menyengir lebar sambil mengambil buku catatan dari tas selempangnya.

"Aku sudah mempelajari rekaman pertandingan mereka, semuanya lengkap di sini. Ayo tunjukkan hasil latihan kita!" Serunya bersemangat.

Kau meraih buku catatan sakti milik Momoi dan tercengang akan isinya. Tertulis tanggal awal pertemuan kalian. Jadi Seijuro sudah membeberkan semuanya dari awal. Emperor eyenya patut disalahkan dalam hal ini.

HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang