[25]

3.9K 647 208
                                    

As always, target 100 vote buat next chapter huahaha :p

As always, target 100 vote buat next chapter huahaha :p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

/salahgif
.
.
.

[fullname]

Aku menatapnya dengan pandangan yang aku sendiri tak bisa jelaskan. Rasa kecewa, kagum, dan sebal mungkin bercampur jadi satu saat ini. Kata maaf yang terlontar dari bibirnya membuatku bungkam. Menganiaya kakak sendiri itu dosa tidak sih? Tanganku sudah gatal ingin menjambaki rambut merah yang sialnya sangat halus itu sampai botak. Tapi melihat wajahnya yang seperti itu membuatku tidak tega, dan aku tidak mau mendekam di penjara karena kelakuan konyol seperti itu. Sangat tidak keren.

Aku mengelap air mata sialan dengan kasar. Lagi, aku terlihat lemah di depannya. Sungguh memalukan. Untung saja ruangan ini hanya berisi aku dan dia. Aku lantas menatapnya tajam sambil menunjukkan sebuah email dari orang suruhan Seijuro yang dikirimkan ke emailku.

"Jelaskan secara detail padaku. Tanpa ada kebohongan. Atau aku akan membotaki rambut indahmu," ucapku penuh penekanan dan ancaman.

Ia menompang dagunya dengan tangan, lalu mengembuskan napas pelan dengan mata yang terpejam. Seijuro yang tak kunjung menjawab membuatku geram dan benar-benar ingin menerapkan ilmu yang kudapat dari internet tentang cara menggunduli seseorang padanya. Ia beranjak dari bangku, berjalan dengan santai menjauh dari ranjang tempatku berada. Aku tak tahu apa yang ia lakukan, tirai ini menghalangi pandanganku. Hanya terdengar bunyi benda bergesekan yang membuatku mengetahui jika ia masih berada di ruangan yang sama denganku.

Baru saja bibirku hendak melayangkan protes, tiba-tiba tirai disibak. Menampilkan Seijuro yang membawa kompresan di tangannya. Ia menyodorkan buntalan kain berisi es batu padaku. Aku menatapnya heran sambil menerima kompres es itu.

"Ng, terima kasih?"

Aku langsung menempelkan kompres dingin itu ke dahiku yang membengkak. Aku bersumpah, rasanya sakit sekali.

"Kau sudah baca semuanya?" Tanya Seijuro, aku mengangguk sebagai jawaban pertanyaannya itu.

"Bagus. Kau sudah mengerti apa maksudku, bukan?" Ia mengeluarkan ponselnya dari saku, lalu menyodorkannya padaku.

"Kurang lebih aku mengerti. Hanya saja, aku masih marah padamu! Kau melakukannya tanpa memberi tahuku, aku seperti orang bodoh saja," kataku ketus sambil menggembungkan pipi sebal, lalu membuang muka.

"Sejak kapan?"

Hening sesaat, aku menghirup banyak pasokan udara untuk melanjutkan pertanyaanku lagi.

"Sejak kapan kau menyelidikinya? Dan kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?"

"Sejak kapan kau menyelidikinya? Dan kenapa kau tidak memberitahuku sejak awal?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HIDE AND SEEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang