Diriku terdiam tegap di bawah guyuran air hujan. Embusan angin dingin setia menerpa tubuh yang tak kunjung melarikan diri. Diam dan memejamkan mata, seolah merasakan nikmatnya tetesan air menyerbu bak ribuan jarum menjatuhi. Ah, suasana yang terlalu dramatis untuk sang realistis. Jujur saja, diriku memang terlalu payah tuk sekedar mengungkapkan.
Perasaan senang membuncah dalam dada, keluar meledak begitu saja diiring sebuah goresan kurva yang melengkung ke atas dengan sempurna. Katakan penggambaran yang berlebihan, namun, apa yang tidak lebih menggembirakan dari selesainya ujian?
Aku memang seorang yang terlalu aneh untuk mengungkap kebahagiaan. Aku menganggap jika berdiri di bawah guyuran hujan dapat melepas penat dan stres yang mengikat bak rantai buatan Hefestus yang membelenggu Hera karena dendam.
Aku, gadis kaku dan cuek, perlahan mengembangkan senyum cerah dan berlari-lari penuh kebahagiaan. Sunggung konyol memang, bahagia itu sederhana. Tak kupedulikan sahutan orang yang memperingati. Ya, berakhir terbaring di atas ranjang dengan plester penurun demam di dahi merupakan pilihan buruk. Koridor yang kupijak basah karena seragam dan rambut yang lepek, titik air terus berjatuhan seperti pakaian basah yang habis dicuci.
Masih sama, tak kupedulikan orang lain. Yang penting aku bahagia. Dengan raut datar, aku menghampiri mereka, tidak peduli dengan lantai yang menjadi licin karena ulahku. Kacamata yang terpasang di wajahku turut mengembun karena temperatur udara yang menurun.
"Yay, ulangan telah selesai. Kuharap hasilnya tidak buruk," ucapku begitu saja.
"Ya, kurasa kau harus segera mengganti baju. Kau tidak mau menghabiskan liburan dengan hanya berbaring di kasur, 'kan?" Perkataan itu terlontar dari Sawamura. Aku menyunggingkan senyum kecil.
"Aku akan langsung pulang, terima kasih telah mempedulikanku."
Aku berjalan menuju pintu keluar, kembali menerobos hujan. Tidak peduli dengan akibatnya.
•••
"Remedial?" Ucapmu tak percaya.
Bagaimana bisa? Apa kau tidak becus mengajari mereka? Mungkin memang bukan di mata pelajaran hitungan, namun ... pelajaran 'remeh' seperti ini? Ekspresimu mendatar, menatap kedua orang yang tampak cemas di hadapanmu. Kau menghembuskan napas pelan, mencoba menetralkan kekesalan. Waktu keberangkatan menuju Tokyo terjadwal besok pagi, ralat—pagi buta. Sementara, remedial juga akan diadakan besok. Jika mereka lolos di sesi satu, masih ada kemungkinan untuk menyusul.
"Semoga beruntung," katamu, kau melirik ke arah lain,—"Kalian sudah melakukan yang terbaik," ucapmu disertai senyuman.
Hinata dan Kageyama menghembuskan napas lega. Dirimu menyerahkan lembaran soal sebagai bimbingan belajar mereka. Dan juga lembaran kertas berisi tentang rangkuman yang sudah dibuat sedemikian simpel. Hanya tinggal berharap pada tekad dan kemampuan otak mereka. Ukai-san memberi kelonggaran untuk tidak mengikuti latihan pada mereka kali ini, mereka harus fokus dengan remedial besok.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDE AND SEEK
Fanfiction[complete] Find me if you can. Akashi [name], kabur dari mansion keluarga Akashi karena ingin hidup bebas dari aturan ketat keluarganya. Dalam masa pelarian, ia menemukan banyak hal yang belum pernah dialaminya, termasuk-cinta? a Kuroko no Basuke an...