Malam itu seperti biasa, Rika tertidur di kamarnya dengan nyenyak. Udara diluar sangat dingin karena hampir mendekati bulan desember. Rika sepertinya enggan sekali untuk keluar dari selimutnya.
Namun tiba tiba terdengar suara dentuman keras dari arah ruang tamu nya.
BRAK!!
"Astaga,suara apa itu!"
Rika terbangun dari tidurnya. Ia bergegas mengambil panci (?)dari dapurnya. Ia berjalan mengendap-endap menuju ruang tamu.
Ia pelan-pelan mengintip dari balik tembok.
Terlihat sosok yang tak asing baginya,terduduk berlumuran darah dan penuh luka.
"Manaka?! Apa yang terjadi?"
Rika menghampiri sosok tersebut,dan memeluknya.
"a...a..aku. Diserang oleh.. se...orang..
e.....xor...cist.."
Manaka tidak mampu melanjutkan omongannya. Nafasnya terengah-engah. Ia berusaha menahan sakit.
"Tunggu disini,akan ku panggilkan Koike-san"
Rika beranjak,ia berlari keluar dan menuju lantai 2.
Ia mengetok kencang sekali pintu salah satu kamar yang ada di lantai 2 tersebut.
"Iya..iya..tunggu sebentar"
Terdengar jawaban dari dalam kamar tersebut.
Rika tidak karuan, ia menggigit bibir bawahnya, mencengkram tangan kanannya. Ia sangat khawatir dengan kondisi Manaka yang ia tinggalkan dirumah.
Selang beberapa menit,pintu pun terbuka. Tercium bau wangi lembut dari kamar tersebut. Wajar saja,karena Koike amat menyukai bau aroma terapi dari lilin yang hampir setiap hari ia buat.
"Ah,Rika. Ada apa malam-malam begini? Tidak bisakah kau mengetuk lebih pelan?
Dan lagi, apa-apaan dengan pakaianmu itu? Kau tidak merasa kedinginan dengan pakaian pendek seperti itu?"Koike menatap Rika heran karena di udara sedingin ini, Rika berada diluar dengan celana pendek di atas lutut dan memakai baju kaos yang lengannya hanya menutupi sedikit bahunya.
"Tidak usah memujiku seperti itu,aku butuh bantuanmu. Cepatlah!!"
Tanpa babibu Rika menarik tangan Koike dan membawanya berlari ke arah kamarnya yang berada dilantai 3.
Sesampainya dikamar,Rika langsung menghampiri Manaka yang masih terengah-engah.
"Tolong Koike-san,obati Manaka"
"Loh,Koike-san? Wajahmu pucat sekali. Kenapa? Kau sedang tidak enak badan?"
Rika menyentuh kening Koike. Seketika Koike menampar tangan Rika.
"Aku....tidak....sakit.... (hosh hosh)
Kau itu!! Gila ya... (hosh hosh) Aku... capek sekali... (hosh hosh)"Koike terlihat kelelahan karena Rika membawanya berlari ke lantai 3, padahal Rika tau kalau Koike tidak bisa berlari dengan cepat.
Koike masih berusaha mengatur nafasnya. Dia menyeka keringatnya yang mulai keluar sedikit demi sedikit.
Dirasa sudah membaik,Koike mendekati Manaka. Ia memperhatikan setiap luka yang ada di tubuh Manaka. Koike pun merapatkan kedua telapak tangannya,ia menutup matanya sejenak.
Dari balik telapak tangan Koike keluar cahaya terang berwarna putih, ia pun menyapukan telapak tangan kanannya ke setiap luka ditubuh Manaka.
Manaka yang tadinya meringis kesakitan dan terengah-engah,perlahan mulai tenang. Rika pun mendekatinya dan memangku kepala Manaka di pahanya,sambil sesekali ia mengelap keringat di wajah Manaka.
Tubuh Manaka kini tidak terdapat luka sama sekali. Koike pun mengangkat telapak tangannya dan memperlihatkannya kepada Rika.
"Lihat ini, terlambat sedikit saja mungkin Manaka akan benar-benar jadi abu." Koike memperlihatkan telapak tangannya yang berwarna hitam.
"Apa itu,aku tidak pernah lihat hal semacam itu." Rika terkejut.
"Apa yang sebenarnya terjadi Rika? Dari bentuknya,ini bukanlah "spell" yang bisa dilakukan oleh murid murid yang ada di sekolah. Ini sudah termasuk "spell" tingkat atas dan hanya seorang "Exorcist" sejati yang dapat melakukannya."
"A..Aku tidak tau Koike-san. Manaka hanya bilang kalau dia diserang oleh seorang Exorcist"
"Begitu. Yasudah,istirahatlah. Untuk sekarang Manaka tidak akan kenapa-kenapa. Aku sudah mengangkat spell-nya dan memurnikan tubuhnya. Kau harus lebih hati-hati menjaganya Rika, karena diluar sana sedang ada pemburuan terhadap vampire. Apa kau mau kehilangan vampire-mu ini Rika?"
Rika menggelengkan kepalanya. Ia menatap Manaka begitu dalam,ia merasa bersalah karena mengizinkan Manaka untuk berbelanja ke kota hanya untuk membelikannya roti. Rika mulai menangis.
"Hey,sudahlah. Lebih baik kau bawa dia kekamar. Manaka pasti kelelahan." Koike mengelus bahu Rika.
"Terima kasih Koike-san. Maaf aku selalu merepotkanmu."
"Tidak apa-apa. Sekarang aku mau mencuci tanganku dan kembali ke kamarku. Besok pagi aku mau menjenguk Habu di vampire's jail"
"Sekali lagi,terima kasih Koike-san"
Koike membalasnya dengan senyuman. Ia pun berjalan menuju dapur dan mencuci kedua tangannya. Dan ia melangkah menuju pintu keluar dan meninggalkan Rika.
Belum sampai Koike ke pintu,Rika memanggilnya.
"Nee~ Koike-san,bagaimana caranya aku memindahkan Manaka ke kamar?"
"Mana aku tau. Coba kau gendong saja dia. Lagian,dia itu kan vampire-mu"
"Mana mungkin! Dia ini berat! Bantu aku mengangkat......."
Belum selesai Rika berbicara,Koike sudah keluar dan menutup pintu kamar Rika.
Rika kebingungan. Ia mencari cara untuk memindahkan Manaka ke kamar.
Keningnya mengkerut.
"Ah, aku ada ide.."
Rika meletakkan kepala Manaka yang tadinya dipahanya ke lantai. Rika berlari kekamar tidurnya. Ia mengambil 2 bantal dan 2 selimut tebal miliknya.
Rika meletakkan salah satu selimutnya di lantai. Karena Rika tidak sanggup mengangkat tubuh Manaka,ia mengguling-guling tubuh Manaka sampai di atas selimut tersebut. Rika cekikikan, ia berusaha menahan tawanya. Rika kemudian mengangkat kepala Manaka dan meletakkannya di atas bantal.
Rika pun meletakkan bantal untuknya disebelah Manaka. Lalu ia menarik selimut satunya lagi sehingga mereka berdua terbungkus oleh 2 selimut tebal. Rika lalu memeluk Manaka dari belakang.
"Nah, dengan begini kau tidak akan kedinginan. Begitu juga aku.
Selamat malam, vampire-ku"
つづく...
![](https://img.wattpad.com/cover/116809084-288-k30526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I, LOVE You? (1) [Complete]
Fanfic[GxG content available] [Adult Content] Rika tinggal dengan seorang vampire bernama Manaka yang sudah menjaganya sejak ia kecil. Manaka tidak pernah bersikap sopan terhadap Rika, Rika terbiasa dengan hal itu. Namun, semakin lama.. ada vampire lain y...