Chapter 39 : - Little Moving -

416 37 10
                                    

Sudah beberapa bulan berlalu. Perut Rika semakin membesar. Ia juga sudah membatasi kegiatannya, ini demi sang bayi yang tertidur di dalam perutnya.

Berhenti sekolah, bukan berarti Rika tidak bisa belajar. Sekali seminggu, Koike datang ke kamarnya untuk mengajari beberapa formula. Dan tentu saja, si kecil Miho juga di bawa.

"Gimana? Mengertikan, Rika?"

Rika mengangguk pelan.

Ia menyandarkan tubuhnya ke senderan sofa. Bayi di dalam perutnya itu membuatnya merasa sesak beberapa saat. Terkadang, untuk berdiri saja Rika harus di bantu.

"Haah... hamil itu capek juga ya Koike-san..."

"Iya lah. Gerakmu jadi terbatas. Mau ngapa-ngapain jadi susah. Kamu masih untung bisa ke sana kemari. Saat kandunganku seumur kandunganmu sekarang, aku sampai tidak bisa melakukan apa-apa"

"Hm? Waktu itu, aku datang menanyai tugas sekolah.. kok Koike-san bisa jalan?"

"Itu karena kebetulan aku dari dapur. Coba kalau kau datangnya lebih lama dari itu. Mungkin kita mengerjakan tugasmu di dalam kamar tidurku. Haha.."

Menjadi wanita hamil itu bukan perkara mudah, itu yang di pikirkan Rika saat ini. Yang jelas, segala hal yang ia batasi saat ini semata untuk menjaga si kecil yang di dalam sana tetap sehat.

Sadar usia kandungannya yang semakin menua, Rika jadi semakin rajin mengajak bayinya berkomunikasi, meski sampai saat ini, ia belum merasakan yang pernah ia rasakan saat berkomunikasi dengan Miho dulu.

Miho yang tadi tertidur di dekat Koike tiba-tiba terbangun, tangisnya tidak terlalu kuat. Mungkin ia terbangun karena tidurnya sudah cukup untuk siang ini. Koike langsung mengangkat tubuh kecil bayinya dan menimangnya dengan sayang.

Lucu bukan? Punya bayi yang tidak terlalu rewel. Entah seperti apa nanti bayi kecil yang ada di dalam perut Rika nantinya. Yang jelas, Rika akan menyayangi sepenuh hatinya.

"Rika?"

"Ya, Koike-san?"

"mmm... anu... apa Manaka tau soal kehamilanmu?"

"Haruskah kita membahas dia Koike-san?"

"Bukan gitu Rika. Seminggu yang lalu, aku melihatnya termenung di tangga lantai 2. Dia membawa paper bag kecil. Aku menghampirinya. Dia menyuruhku untuk memberikan paper bag itu padamu"

Rika tertegun.

"Jadi. Paper bag waktu itu, yang isinya roti cokelat, yang di berikan Koike-san. Sebenarnya dari dia?"

"Hm! Sepertinya Manaka tau entah dari siapa soal dirimu Rika. Tapi, ia tidak berani mendatangimu secara langsung. Bahkan Habu beberapa kali menangkap basah dirinya memperhatikan kamarmu dari gerbang asrama"

Tiba-tiba Rika merasakan sesak di dalam hatinya. Padahal ia sudah membentak Manaka seperti itu. Tapi Manaka masih tetap memperhatikannya.

"Aku tau rasa bencimu itu, pasti tidak benar-benar kau rasakan Rika. Sampai saat terakhir aku bertemu Manaka, aku masih bisa melihat chocker pendant di lehernya. Kalau kau benar membencinya, pasti benda itu sudah tidak ada lagi, kan?"

"I... Itu..."

"Coba kau sebut namanya, pasti masih bisa kan?"

Rika terdiam. Bukan tidak mau, mengingat dan mendengar Manaka, hatinya langsung sakit. Ingatan itu seakan kembali, padahal Rika sudah berusaha melupakannya.

"Rika? Coba sebut. Anggap saja seperti sedang mengobrol"

Rika menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba melupakan rasa sakit hatinya. Bersamaan dengan hembusan nafasnya yang perlahan, Rika menyebutkan nama yang selama ini enggan ia sebut.

Should I, LOVE You? (1) [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang