Sudah memasuki usia ke 9 bulan dan Rika sudah berada di rumah sakit. Melawan rasa sakit yang tidak bisa di jelaskan. Risa mendampinginya. Menggenggam tangan Rika dengan erat dan menyeka peluh yang terus mengalir di dahi dan wajahnya.
Sakit yang luarbiasa Rika rasakan hampir sepanjang malam. Dan puncaknya pada pagi hari, saat bayi kecilnya akan lahir.
Penderitaan panjang itu akhirnya terbayarkan dengan tangisan kecil dari bayi yang lahir dari rahimnya. Perempuan, cantik sekali. Rika tidak henti-hentinya menangis. Bayi kecil itu berada di dadanya saat ini, mencari sumber air susu. Rika membantu bayi kecilnya dan mengarahkannya. Bayi kecil nan cantik itu lahap sekali.
Risa mengusap punggung bayi kecilnya. Airmatanya perlahan jatuh, terharu.
Risa akhirnya meninggalkan Rika bersama bayi perempuannya di dalam ruang bersalin, menemui keluarga Rika yang juga ikut menjaganya dari tadi malam.
"Bagaimana Risa? Bayinya sehat? Rika tidak apa-apa kan?"
Tanya Ibu Rika, Keiko."Bayinya sehat. Rika baik-baik saja. Bayinya perempuan. Cantik, seperti Rika"
"Aaaaaaah....."
Tangis Keiko pecah mendengar perkataan Risa dan memeluk tubuh anak sulungnya, Reika. Ia menjadi tidak sabar untuk melihat anak dan cucunya.
"Terus, kapan Rika keluar dari ruangan itu?"
"Mungkin setelah ini. Bayinya sedang dibersihkan"
Reika hanya ber-oh ria dan kembali menenangkan Keiko yang masih menangis haru.
Rika sudah dipindahkan ke ruang inap. Bayi kecilnya masih harus menerima perawatan khusus. Rika jadi kesal sendiri karena harus terpisah dengan bayi kecilnya. Risa tidak pernah beranjak dari sisi Rika, meski di tangan Rika kini tertancap beberapa jarum infus dan salah satunya berasal dari kantong darah.
Melihat kantong darah itu, Risa menahan rasa lapar di perutnya. Wajar saja, sejak kandungan Rika masuk usia 1 bulan, Risa berusaha untuk tidak memakan darah Rika. Ini demi Rika dan bayi yang di kandungnya.
Seorang perawat masuk ke kamar. Membawa beberapa botol obat, dan juga si kecil yang cantik.
Rika kegirangan. Ia langsung meminta Risa menggendong bayinya dan memberikannya padanya.
Risa tampak ragu-ragu saat mengangkat tubuh si bayi, karena ini pengalaman pertamanya. Keiko langsung membantunya dan menunjukkan caranya, karena kelak Risa pasti akan menggendong si bayi.
Risa memberikannya kepada Rika, dan Rika langsung menciumi wajah bayinya itu.
"Harumnya... lucu lagi..."
Rika terus mengulang kata-kata itu dan terus mencium bayi perempuannya.
"Risa benar, bayimu cantik sekali nak. Mau di kasih nama siapa?"
Tanya Keiko.Benar. Baik Rika maupun Risa, mereka belum memikirkan nama untuk bayi kecil ini. Risa tidak bisa memberikan usulan, otaknya serasa buntu. Sibuk memainkan jari telunjuknya di wajah bayi cantiknya, Rika tiba-tiba menyebutkan satu nama.
"Mona..."
Sebut Rika pelan."Mona?"
Tanya Risa dengan sedikit tertawa."Iya. Namanya Mona aja. Lucu kan? Sama kayak wajahnya"
"Kenapa menamainya Mona? Enggak ada yang lain?"
"Entahlah.. nama itu yang terlintas di kepalaku. Lagipula, aku rasa cocok kok. Iya kan sayang..."
Tidak menunjukkan ekspresi apapun, bayi itu hanya tenang selagi wajahnya terus di elus jari telunjuk Rika.
Risa pun demikian. Hanya diam dan tidak membantah pemberian nama bayinya itu. Mona, entah kenapa Risa merasa nama itu tidak asing baginya. Ia berusaha mengingat nama itu, tapi tidak menemukan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I, LOVE You? (1) [Complete]
Fanfic[GxG content available] [Adult Content] Rika tinggal dengan seorang vampire bernama Manaka yang sudah menjaganya sejak ia kecil. Manaka tidak pernah bersikap sopan terhadap Rika, Rika terbiasa dengan hal itu. Namun, semakin lama.. ada vampire lain y...