Tersisa dua hari lagi sebelum Manaka berangkat menuju pelatihan khususnya. Rika enggan beranjak dari tempat tidurnya. Ia masih betah berbaring didalam pelukan Manaka, meski kedua matanya sudah terbuka. Pikirannya melayang-layang. Ia memikirkan dirinya tanpa Manaka selama ia ditinggalkan. Air matanya perlahan mengalir dan membasahi lengan Manaka. Manaka terbangun. Rika dengan cepat memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya.
"Ada apa cengeng? Pagi-pagi udah nangis"
"A..aku ngga nangis tau. Aku hanya mengucek mataku. Penglihatanku agak buram"
"Kau tau, kau itu tidak pandai berbohong"
Manaka menarik wajah Rika sehingga mereka saling berhadapan. Manaka mencium lembut bibirnya."Hari ini aku ingin pulang kerumahmu, temani aku ya. Bolehkan?"
"Hah? Kerumahku? Mau ngapain?"
"Nanti kau juga tau."
"Tapi kan, hari ini kita sekolah..."
"Yah, bolos sekali sajalah. Sekarang bersiap-siaplah. Dua hari lagi aku harus ber-"
Dalam sekejap bibir Manaka ditutup oleh bibir Rika. Ia tidak ingin mendengar kata-kata itu dari Manaka. Dan Rika pun bergegas untuk bersiap-siap.Saat Rika akan turun dari kasurnya, Manaka menarik sebuah tali yang mengikat kedua kaki Rika di masing-masing ujung kasur. Secara tidak langsung Rika terjatuh. Manaka mentertawainya. Dan segera berlari ke kamar mandi.
"MANAKAAAAAA.... Lepaskan rantai ini..."
Teriak Rika."Kuncinya aku bawa dulu. Nanti akan aku lepaskan setelah aku menghukummu sekai lagi."
Manaka melanjutkan langkahnya.Rika hanya bisa memasang wajah kesal. Ia sesekali tersenyum. Sekarang ia hanya bisa terduduk diatas kasurnya tanpa bisa pergi kemana-mana sambil menunggu Manaka selesai mandi dan menerima hukumannya .
-----------------------------
Rika dan Manaka menaiki sebuah kereta menuju rumah Rika di daerah Ibaraki. Dalam perjalanan, Rika tampak mengantuk. Tubuhnya sesekali goyah tapi ia berusaha untuk tetap bangun. Manaka menyadarinya, ia mendekatkan bahunya ke kepala Rika. Tapi Rika tetap berusaha membuka kedua matanya. Tak kuat menahan kantuk, Rika akhirnya tertidur dibahu Manaka. Manaka hanya tersenyum melihat tuannya yang keras kepala. Ia sesekali merapihkan rambut Rika yang agak acak-acakan.
Manaka merasakan dirinya diperhatikan oleh seseorang. Tapi ia tidak bisa menemukan dari arah mana tatapan itu. Manaka mencoba tenang karena tubuhnya kini menjadi tumpangan bagi tuannya yang sedang menikmati tidurnya. Manaka mencoba memperhatikan setiap mata dari penumpang yang berada dalam gerbong. Ia sesekali mengalihkan pandangannya keluar jendela yang ada didepannya agar tidak terlalu ketara.
Manaka menaruh curiga pada lelaki paruh baya yang duduk diujung gerbong. Arah pandangannya tidak lepas dari wajah Rika yang masih tertidur. Manaka mencoba menurunkan beberapa helai rambut Rika untuk menutupi wajahnya. Lelaki itu tampak kesal, ia memindahkan pandangannya ke wajah Manaka yang mengetahui aksinya. Manaka hanya membuang muka, berpura-pura tidak tau.
Kereta telah berhenti di stasiun tujuan. Manaka membangunkan Rika yang masih tertidur lelap.
Rika menghela nafas berat. Ia masih sangat mengantuk.
"Mau sampai kapan kau tiduran? Dasar tukang tidur."
"Salahmu Manaka, kamu terlalu sering menghukumku. Aku jadi capek."
"Loh, kau sendiri yang minta kan?"
"Hehe..."
Rika dan Manaka berjalan keluar meninggalkan gerbong. Manaka memperhatikan setiap penumpang yang turun. Ia masih mencari-cari lelaki paruh baya tadi yang tiada hentinya memperhatikan wajah Rika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Should I, LOVE You? (1) [Complete]
Fiksi Penggemar[GxG content available] [Adult Content] Rika tinggal dengan seorang vampire bernama Manaka yang sudah menjaganya sejak ia kecil. Manaka tidak pernah bersikap sopan terhadap Rika, Rika terbiasa dengan hal itu. Namun, semakin lama.. ada vampire lain y...