• O N E •

4.2K 113 10
                                    

Rindu menata sedikit ikatan rambutnya agar terlihat lebih rapi. Kemudian dengan cekatan ia menyambar tas dan juga sepatunya untuk kemudian ia bawa ke bawah.

Rindu mendapati Mamanya sedang berkutat dengan peralatan dapur. Seperti kebiasaan sebelumnya, Rindu akan berlari ke arah Mama dan memeluknya dari belakang.

"Pagi, Mama Cantik."

Mama yang sedang memasukkan irisan sosis ke wajan sedikit terlonjak. "Kebiasaan banget bikin Mama senam jantung pagi-pagi."

Salah satu kesukaan Rindu, ia suka pelukan.

Rindu hanya terkikik dan berjalan ke meja makan dan duduk di kursinya. Gadis itu mengambil dua lembar roti tawar yang pinggirannya sudah disingkirkan terlebih dulu oleh Mamanya.

"Ma, nasgornya buat bekal kayak biasa, ya."

"Dua porsi?"

"Iyups," jawab Rindu sembari mengoleskan selai nanas favoritnya. Kemudian dengan di temani segelas susu coklat, dan bincang-bincang hangat antara Ibu dan anak adalah awal pagi yang baik bagi Rindu.

Setelah selesai menyiapkan sarapan untuk Rindu, sang Mama melepas apron yang melingkar di pinggangnya. Meski sudah berumur hampir kepala empat, Ibu Rindu ini masih terbilang muda dan cantik. Ini adalah salah satu pengaruh dari pekerjaan wanita itu sebagai fashion desaigner.

"Kamu buruan sarapannya!" Peringat Mama Rindu sembari melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

Gantian Rindu yang juga melihat jam melingkar di tangan kirinya. "Mama duluan aja. Rindu bisa bareng Anya, kok."

"Pulangnya?"

"Ama Gavin, Ma."

Kemudian Mama Rindu mengecup dahi putrinya penuh sayang. Semenjak suaminya meninggal, hanya Rindu yang bisa membuat semangat hidupnya bangkit. Gadis itu adalah mutiaranya.

"Yaudah, Mama berangkat, ya, Sayang."

"Hati-hati, Ma."

***

Rindu memasukkan kedua kotak bekal ke tas yang biasa ia bawa untuk tempat makan. Setalahnya dengan gesit, Rindu memakai sepatu dan menyambar tas sekolah yang ia letakkan di atas meja dapur.

Setelah mengunci pintu rumah dan meletakkan kuncinya di semak-semak tanaman sang Mama, gadis itu berlari ke seberang dan tersenyum lebar kala mendapati Anya dan Kakaknya belum berangkat.

"Anya!" Pekik Rindu kemudian ia tersenyum singkat pada sahabatnya itu dan beralih berjalan ke arah Kakak gadis itu.

"Pacar, aku nebeng, ya?" kata Rindu pada Saveri yang memasang wajah bosan.

Saveri melengos diikuti Anya yang geleng-geleng kepala di sisi pintu seberang. Ketika kedua insan itu sudah masuk ke dalam mobil, Rindu yang hendak berjalan mendekati pintu belakang mobil terjengkang ke belakang karena mobil yang melaju tiba-tiba meninggalkannya.

Anya melongokkan kepalanya dari kaca jendela sebelum mobil benar-benar menjauhi sahabatnya itu. "Ketemu di sekolah ya!" teriak Anya dan hanya dibalas Rindu dengan lambaian tangan.

Lagi-lagi ia gagal mendapat tumpangan dari Saveri. Dengan kesal Rindu menendang udara kosong sebelum akhirnya berlari mencari pangkalan ojek yang biasa mangkal di luar kompleks perumahannya.

***

Rindu berlari menuju lapangan indoor. Koridor sekolah ramai dengan anak-anak yang berkeliaran ke sana ke mari karena jam kosong, mengingat ini masih tahun ajaran baru.

RINDU √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang