One Direction - Little Things
(Gue kalau denger lagu ini pen nangis asli 😢 nyentuh banget liriknya. Like, how bad you are, masih ada orang diluar sana yg bener2 cinta tulus sama lo. Dari hal sekecil apapum yg ada di diri lo, he's love it so much)
Hope you like it ♥
***
Ketika keluar kelas, Rindu memilih paling akhir. Kepalanya hari ini banyak memikirkan berbagai hal setelah mendapat ceramah panjang dari kepala sekolah mengenai masa depan anak muda.
Ujian nasional sebentar lagi, juga pendaftaran perguruan tinggi juga sudah mulai di buka satu persatu. Rindu tidak lolos jalur undangan, jadi otomatis dia akan berjuang pada jalur tes.
Sedangkan, jika ditanya ingin kuliah dimana, dirinya tidak tahu dan akan memilih diam saja kemudian menghindar. Kedua sahabatnya, Anya dan Gavin sudah menentukan pilihan. Anya yang lolos jalur undangan sedang menunggu seleksi dari salah satu Universitas di Jakarta juga Malang. Sedangkan Gavin sedang mempersiapkan diri untuk ikut jalur tes Universitas yang ada di Surabaya.
Kedua temannya itu juga sudah memantapkan pilihan jurusan yang akan diambil. Sedangkan dirinya? Zonk.
Rindu melangkah lunglai di koridor sekolah. Cepat atau lambat ia harus segera memutuskan dan mendaftar untuk mengikuti tes masuk bersama Universitas Negeri.
Rindu pusing sendiri jika memikirkan akan kemana dia meneruskan sekolah. Kedua sahabatnya juga tidak bisa banyak membantu. Anya disibukkan berkas-berkas pendaftaran, sedangkan Gavin akhir-akhir ini sudah banyak mengikuti les. Kesimpulannya, sekarang mereka sedang sibuk menyiapkan jalannya masing-masing.
Rindu berjalan menuju gerbang sekolah dengan bahu turun. Kepalanya pusing karena terlalu banyak berpikir.
Ketika ia mendongak, matanya menangkap senyum Saveri di seberang jalan sedang melambaikan tangan padanya.
Otomatis yang semula wajahnya muram langsung ia rubah seceria mungkin. Rindu tidak mau Saveri berpikir macam-macam.
Rindu berjalan ringan menghampiri Saveri. "Halo, kakak."
Saveri menepuk singkat puncak kepala Rindu dan menyuruhnya untuk segera masuk ke mobil.
Hanya ada mereka berdua di mobil. Semenjak pertunangan Rindu dengan Saveri, Anya mengatakan bahwa sekarang abangnya tidak mau mengantar jemput Anya. Katanya lelaki itu ingin quality time dengan Rindu. Dan kalau Anya masih memaksa, katanya Anya suruh siap-siap jadi obat nyamuk.
Rindu yang mendengar cerita itu dari Anya bersemu sendiri. Saveri sedikit demi sedikit berubah. Lelaki itu jadi lebih hangat kepadanya daripada dulu.
***
Sebelum pulang, Saveri mengajak Rindu terlebih dulu ke tempat masakan padang, dimana di sana ada ayam kremes kesukaannya Rindu.
Meskipun begitu, ketika makanannya sudah terhidang, wajah Rindu terlihat murung dan tidak bersemangat. Padahal tadi gadis itu masih baik-baik saja dan tersenyum seperti biasa.
Atau yang Saveri lihat tadi hanya senyum palsunya?
"Kamu kenapa?" Akhirnya Saveri membuka suara setelah membiarkan beberapa menit Rindu tenggelam dalam pikirannya.
Rindu otomatis mendongak dan mencoba menampilkan senyum secerah mungkin.
"Nggak." Ia menggeleng. "Oh, iya, katanya tadi pagi kakak mau jelasin soal yang tunangan kemarin. Aku nungguin loh ini." Rindu mencoba memperbaiki ekspresi wajahnya agar Saveri tidak curiga bahwa ada hal lain yang sedang mengganggu pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU √ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] [PART MASIH LENGKAP] Rindu percaya dengan pepatah yang mengatakan, "Usaha tidak pernah mengkhianati hasil." Maka dari itu dia tidak akan menyerah akan cintanya. Saveri, lelaki dingin, ketus, cuek juga kasar. Harusnya...