• T H R E E •

2.1K 94 8
                                    

"Ini buat kamu." Rindu langsung menyodorkan kantung plastik dengan label ayam krispi yang tadi dibawakan Gavin, kepada Saveri yang baru saja keluar dari mobil – bahkan kakinya pun belum sepenuhnya menginjak tanah.

Saveri menatap tanpa ekspresi kantung plastik tersebut dan melengos begitu saja, melangkah menuju pintu rumah.

"Gue nggak butuh," jawab Saveri tanpa mau peduli dengan perasaan Rindu karena perkataannya.

Rindu langsung menepis rasa nyeri di dadanya dan kembali tersenyum normal. "Sadis amat, Mas Bro. Aku kasih tahu ya, kebanyakan ngomong kasar sama cewek itu nggak baik. Bisa-bisa, nanti kamu dapet karma, tahu. Ih, kan serem." Rindu terus menyerocos sampai langkahnya terhenti di depan pintu kamar Saveri.

Saveri yang tadi hanya membiarkan Rindu seenak jidat mengikutinya memasuki rumah, saat sampai pada kamarnya, Saveri langsung menutup pintu dengan kasar agar gadis pengganggu dengan kantung plastik berlogo ayam krispi itu tidak mengganggu jam istirahat malamnya.

"Nggak usah sok tahu. Mending sana, lo pulang!" ujar Saveri dari dalam kamarnya.

Rindu mengembuskan napas dengan kasar dan berbalik untuk kembali pulang ke rumahnya, sebelum akhirnya ia mendapati Anya sedang menatapnya dengan mata jahil.

"Wow. Ya, gini... ke rumah gue itu bawa makanan. Jangan lo nya yang tiap dari rumah gue gondol makanan gue pulang."

Rindu langsung menyembunyikan kantung plastik ayam krispinya ke balik punggung agar jauh dari jangkauan tangan Anya dan perut gadis itu yang kelaparan.

"Dih, ini ayam punya gue. Udah, ah. Gue mau pulang." Belum sempat Rindu melangkah, Anya terlebih dulu mencekal tangannya.

"Ih, jangan pulang dulu dong, Rin. Tumben banget nggak mau lama-lama di rumah gue."

Rindu memutar bola matanya dan berdecak.

Perlahan Anya melepaskan cekalannya pada tangan Rindu. "Gini deh. Kita ke kamar gue aja yuk!"

Rindu pun menurut saja saat Anya membawanya memasuki kamar gadis itu. Rindu sudah tak pernah merasa canggung bila berada di rumah sahabatnya ini. Bahkan ia sendiri sudah menganggap rumah Anya sebagai rumah kedua bagi Rindu.

"Ah, akhirnya..." langsung saja tanpa basa-basi, Rindu merebahkan tubuhnya pada kasur empuk dan memenuhi seluruh permukaan kasur tersebut.

"Eh, buset. Sprei Spanyol gue jadi lecek, Dasar Oneng!" Seru Anya sambil melotot dan menabok bahu Rindu agar menyingkir dari kasurnya.

Tapi sekuat apapun Anya menyuruh Rindu agar enyah, gadis itu malah semakin membenamkan kepalanya pada bantal hello kitty milik Anya dan bergumam tidak jelas di sana.

"Ngomong apaan sih lo? Lo kumur? Atau gumoh?"

Rindu makin bergumam tidak jelas di sana. Dan dirasa tak ada gunanya juga Anya mengeluarkan tenaga untuk menyingkirkan tubuh Rindu, Anya lebih memilih duduk di ujung kasur dan mengambil kantung plastik milik Rindu yang tadi dengan seenaknya saja, gadis itu letakkan di karpet kamar Anya.

"Ini gue makan ya?"

Rindu mengubah posisisinya menjadi telentang memenuhi ranjang milik Anya. Ia hanya menatap langit-langit kamar Anya yang dipenuhi bintang-bintang hasil karya Saveri.

"Abang lo itu dingin ya, Nya?"

Anya yang sibuk menggigiti ayam krispi, menoleh. "Dingin? Ke lo doang itu mah."

Rindu mengubah posisinya menjadi tengkurap dan menatap Anya tanpa berkedip.

"Iya. Emang salah gue apaan coba, Nya? Padahal juga gue biasa aja gitu."

RINDU √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang