• T H I R T Y • [END]

1.7K 51 12
                                    

BTS - 24/7 Heaven

Hope you like it ♥

***

Dari satu jam yang lalu, Rindu menarik napas dalam di depan laptop dengan Sarah yang mondar-mandir atas bawah mengecek keadaan putrinya.

"Udah bisa diakses, sayang?" Lagi. Keempat kalinya Sarah bertanya.

Rindu yang duduk di depan laptopnya menghela napas frustasi. "Belum, Ma."

"Temen kamu Gavin, gimana? Dia udah bisa akses?"

Lagi-lagi Rindu mendengus. Sudah kali ketiga Mamanya menanyakan hal yang sama setelah beliau kembali dari bawah kemudian kembali naik lagi ke kamar Rindu.

"Nggak tahu, Ma. Gavin belum ngabarin lagi."

Rindu kembali fokus pada laptopnya. Berkali-kali ia merefresh halaman web tetapi masih tetap sama menampilkan laman erorr.

Hari ini adalah hari pengumuman seleksi masuk perguruan tinggi. Rindu harap-harap cemas dengan hasil yang akan ia peroleh nantinya.

Ponsel di sebelahnya berdering, nama Gavin tertera di sana.

Aku nggak lolos, Rin.

Saat itu juga degup jantung Rindu meningkat. Sejenak ia menenangkan diri dan mengetik balasan penyemangat untuk kawannya itu.  Setelah ini masih ada seleksi ujian mandiri dan Rindu dengar Gavin juga mendaftar untuk itu.

Untuk entah kali keberapa, Rindu sekali lagi merefresh. Dalam hati ia mengucap bissmillah, semoga kali ini berhasil. Dan, ya, berhasil!

Dengan perlahan-lahan ia membaca setiap kata dan mencermatinya. Makin ke bawah, jantung Rindu makin tak karuan. Di sana ada tulisan di bold warna hijau. Saat itu rasanya seperti mau napas saja susah.

Selamat! Kamu berhasil lolos seleksi masuk perguruan tinggi Yogyakarta dengan jurusan Sastra Inggris.

Rasanya benar-benar tidak bisa dideskripsikan.

Ketika Mamanya kembali masuk ke kamar Rindu, saat itu juga ia melompat turun dan memeluk Mamanya.

"Ma! Rindu diterima, Ma! Rindu lolos!" katanya dengan nada sangat bersemangat.

Sarah pun tak kalah bahagia dan bersemangat. Ia memeluk putrinya begitu erat bahkan rasanya ia ingin menangis sekarang.

"Alhamdulillah, sayang. Kamu seneng?"

Rindu melepaskan dirinya. Ia memandang Mamanya yang sama-sama hampir menangis sepertinya. Tanpa pikir panjang Rindu mengangguk antusias.

Meskipun bukan di Jakarta dan jurusan yang ia inginkan pertama tapi Rindu tetap bahagia. Sastra Inggris juga salah satu jurusan yang ia sukai. Entah kenapa, saat memilih jurusan, tiba-tiba saja ia sangat bersemangat memilih Sastra Inggris meskipun ia letakkan pada pilihan ketiga.

Rindu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Apapun hasilnya ia akan tetap terima, karena Rindu pun tidak merasa ada beban dengan perguruan tinggi dan jurusan ini.

Dengan langkah cepat Rindu menuruni anak tangga dan berlari kecil keluar rumah. Ia berniat memberi kabar bahagia ini kepada Saveri.

Ketika baru sampai pintu rumah, ia melihat Saveri ternyata sudah ada di halaman berjalan menenteng dua kresek putih yang entah apa isinya.

Tanpa pikir panjang Rindu berlari dan kemudian melompat ke arah Saveri. Memeluk lelaki itu erat.

Saveri sepertinya agak terkejut mendapati tubrukan tiba-tiba dari Rindu. Ia sedikit terhuyung dan hampir saja jatuh kalau tidak segera menyeimbabgkan diri. Apalagi Rindu yang tiba-tiba naik dan melingkarkan kakinya di pinggang membuat Saveri mau tak mau melepaskan genggamannya pada kantung plastik beralih menyangga tubuh bagian bawah gadisnya agar tidak terjatuh.

RINDU √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang