• E I G H T T E E N •

1.4K 60 6
                                    

Bolbb4lgan - Tell Me You Love Me

Hope you like it 💜

***

Di dalam mobil Severi, Rindu diam seribu bahasa. Bahkan Saveri hanya fokus ke jalanan tanpa ada niatan memecah keheningan di dalam mobil yang membekukan mereka berdua ini. Rindu juga tidak berniat membuka suara karena dirinya sendiri masih syok dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

Tadi, setelah Saveri memeluk Rindu secara mendadak, lelaki itu juga mengatakan hal manis.

Saveri melepaskan pelukan mereka terlebih dulu dan memandang mata sembab Rindu. Dengan kedua tangan menangkup wajah Rindu, ia mengarahkan kedua ibu jarinya untuk mengusap titik-titik air mata perempuan itu.

"Udah jangan nangis. Kamu makin jelek kalau nangis."

Rindu yang tak tahu harus apa dan bagaimana hanya menurut. Bahkan ketika Saveri menariknya kembali ke kampus dan mengarahkannya untuk masuk ke dalam mobil Saveri tanpa kata-kata, Rindu tak menolak.

Rindu membuang wajahnya ke arah kaca mobil di sebelahnya. Wajahnya kian memerah saat mengingat perlakuan manis Saveri beberapa menit lalu, juga dirinya yang terlampau bodoh karena tiba-tiba saja menangis di pelukan lelaki itu.

Mobil Saveri tiba di pekarangan rumahnya. Kala Rindu hendak membuka seatbelt, tangan lain sudah lebih dulu membukakan untuknya.

Untuk sesaat, Rindu lupa bagaimana caranya bernapas. Wajah mereka terlampau dekat dan mampu membuat kedua pipinya memanas.

"Jangan keluar dulu."

Dahi Rindu mengernyit, tapi tak elak juga ia menurut. Ia memperhatikan Saveri yang keluar mobil kemudian lelaki itu mengitari mobil dan sampai pada pintu di sebelahnya.

Tanpa diduga, Saveri membukakan pintu untuk Rindu. Beberapa kali gadis itu mengedip. Berharap ia tidak sedang mimpi mendapatkan perlakuan manis seperti ini.

"Nanti jam tujuh gue tunggu di rumah. Jangan lupa." Kata Saveri ketika Rindu telah keluar dari mobilnya dan berdiri tegap berhadap-hadapan.

Dengan kaku dan canggung, Rindu mengangguk patah-patah. Saveri memang susah ditebak.

Sebelum masuk ke dalam mobil, lelaki itu mengusap puncak rambut Rindu dan mengacak pelan.

"Beneran... Jangan sampai lupa."

"Iya~"

Saveri tersenyum manis, manis sekali. Sampai rasanya kaki Rindu lemas melihat untuk kali pertama senyuman itu.

"Yaudah. Masuk gih," suruh Saveri dengan menggerakkan kepala mengisyaratkan agar Rindu masuk ketika lelaki itu sudah di dalam mobil, siap menancap gas.

Dengan jantung yang berdebar, Rindu menurut dan memasuki rumah. Ia tidak peduli jika pipinya memerah saat Saveri mengacak rambutnya. Ia juga tidak peduli tentang kenapa ia bisa jadi pendiam begini berhadapan dengan Saveri.

***

"Gue nggak lagi diajak kencan, kan?"

Rindu mematut diri di depan cermin. Ia mengenakan jeans panjang dan baju warna softpink dengan dalaman putih.

RINDU √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang