Rindu turun dari motor Gavin dengan lesu. Ia menyerahkan helm pada sang empunya tanpa ekspresi kemudian berbalik hendak memasuki halaman rumah.
"Rin!" Panggil Gavin membuat Rindu berhenti dan menoleh. "Lo nggak ada mau ngucapin apa gitu?"
Sembari menunggu reaksi dari gadis di depannya ini, Gavin menelisik wajah Rindu. Kemudian ketika suara mobil menyita perhatiannya, sorot wajah Rindu berubah sendu dan mata gadis itu semakin meredup. Karena penasaran, Gavin menoleh dan mendapati Saveri keluar dari mobil diikuti oleh Anya, juga seorang perempuan yang asing bagi Gavin.
"Makasih, Vin," ucap Rindu sebelum akhirnya melenggang begitu saja memasuki rumah.
Gavin akhirnya menoleh menatapi punggung Rindu yang semakin menjauh. Kemudian matanya beralih menatap Saveri yang juga tepat sedang menatap ke arahnya.
Tatapan Gavin menajam, sebelum kemudian ia memakai helm dan menstarter motornya untuk melaju pergi.
***
Rindu memunguti kertas yang jatuh dari meja kerja Mamanya. Setelah ia pulang dan berganti baju, Rindu memilih untuk menyusul Mamanya ke tempat kerja.
"Makasih, Sayang," ucap Sarah - Mama Rindu, sembari menerima helaian kertas dari Rindu.
Rindu tak menyahut. Ia kemudian berjalan ke arah sofa dan duduk di sana dengan membaca majalah fashion yang masih bekerja sama dengan perusahaan fashion Mamanya.
Matanya tersenyum hangat ketika melihat wajah Saveri terpampang di salah satu halaman di sana. "Ini jaman kapan, Ma? Rindu kok baru lihat?"
Dengan masih berkutat dengan berbagai macam berkas, Sarah menjawab, "Baru aja, kok."
"Ih, kok nggak kasih tahu Rindu kalau Saveri jadi modelnya? Kan Rindu pengin lihat waktu Saveri ambil gambar."
Sarah tersenyum miring dan tak menyahuti Rindu. Ketika pintu ruangannya terbuka dan muncul sosok laki-laki dengan kemeja flanel merah dan jeans biru usang, senyum Sarah mengembang.
"Selamat sore, Tante," sapa laki-laki tersebut membuat Rindu langsung menegakkan tubuhnya.
"Sore juga, Veri. Ah, kamu datang tepat waktu kali ini." Kemudian tatapan Sarah beralih ke arah putrinya yang mematung di tempat. Senyum penuh kemenangan mengembang di kedua sudut bibir Sarah.
"Rindu, kamu antar Saveri ke ruang ganti, ya? Trus bantu dia milih baju buat photoshoot juga."
Rindu langsung menoleh penuh keterkejutan.
Ketika Saveri sudah keluar ruangan, Rindu tidak bisa menahan untuk tidak menjerit.
"Mama, ih." Rindu bingung harus berekspresi seperti apa. Yang ia lakukan hanya menahan diri agar tidak berlari menerjang Saveri yang mungkin sekarang tinggal beberapa langkah lagi ke ruang ganti.
***
Beberapa pakaian yang akan digunakan Saveri baru saja Rindu bawa masuk ke ruang ganti. Totalnya ada sekitar delapan pakaian untuk lima kali ambil gambar. Dan Rindu di sini bertugas membantu Saveri memilih pakaian mana saja yang pantas untuknya.
"Ini, yang navy bagus. Dicoba, gih!" Rindu menyodorkan kemeja polos warna navy kehadapan Saveri yang sejak tadi berwajah datar.
Bukannya menerima usulan Rindu, Saveri malah melengos dan mengambil warna baju lain.
Karena tidak terima Saveri mengambil warna lain, Rindu langsung menyerobotnya. "Oren nggak pantes buat kamu. Bagus juga ini!" Masih dengan keukeuh Rindu menyodorkan kemeja warna navy.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU √ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] [PART MASIH LENGKAP] Rindu percaya dengan pepatah yang mengatakan, "Usaha tidak pernah mengkhianati hasil." Maka dari itu dia tidak akan menyerah akan cintanya. Saveri, lelaki dingin, ketus, cuek juga kasar. Harusnya...