Rindu merasa sulit untuk menyelam ke alam mimpi. Berkali-kali ia bergelung ke kanan dan ke kiri menemukan posisi ternyaman untuk tidur, tapi tidak bisa. Ia mengambil HPnya yang terletak tak jauh dari posisinya tidur. Menghidupkannya dan melihat pukul berapa sekarang.
22.39 WIB
Begitu yang tertera di layar ponselnya. Matanya kemudian melirik pintu kamarnya yang tertutup. "Kak Veri tidur belum, ya?" Rindu bertanya pelan pada diri sendiri.
Rindu memutuskan untuk bangkit dan berjalan kam. Ia menuruni anak tangga satu persatu dan berjalan ke arah kamar tamu yang letaknya tepat di sebelah tangga. Pintunya tertutup.
Rindu mengembuskan napas kecewa. Ia tidak bisa tidur. Ia ingin teman mengobrol supaya bisa membuatnya ngantuk. Tapi sepertinya tak etis juga mengganggu orang yang sudah tidur untuk diajak mengobrol.
Rindu berjalan ke arah ruang TV dan menghidupkan televisi dengan volume rendah.
Mau tak mau ia harus membuat dirinya mengantuk.
***
Rindu tak mengira bahwa tidur di sofa akan senyenyak ini. Bahkan ia bisa berguling ke sana kemari sesukanya sampai...
Bukkk!!!
Ia terjatuh. Rindu bangkit duduk dan memegangi pinggang yang rasanya nyeri. Sejenak ia mengusap matanya dan melihat sekeliling.
Oh, masih di kamar. Whatttt!!!
Rindu terkejut bukan main. Bahkan bola matanya hampir keluar dari tempatnya. Bagaimana bisa ia tidur di kamar kalau semalam yang ia ingat ia berada di sofa sambil menonton televisi.
"Kok? Kok?"
Susah payah Rindu mengingat, mungkin saking mengantuknya ia tak sadar sudah berjalan kembali ke kamar.
Iya! Positif thingking aja. Nggak mungkin Kak Veri yang bawa aku ke sini. Nggak. Nggak. Nggak. Nggak mungkin.
Rindu segera berkemas dan bersiap diri untuk pergi ke sekolah. Tidak mau ambil pusing tentang bagaimana ia bisa berada di kamarnya.
***
Entah mimpi apa semalam, pagi ini Rindu melihat Saveri mengenakan apron dan memasak nasi goreng untuknya.
"Kata Tante Sarah, lo suka bawa bekal nasi goreng ke sekolah sama sarapan roti selai nanas."
Rindu masih mematung di ujung tangga. Ia meneliti penampilan Saveri pagi ini yang membuatnya melongo. Ia sepenuhnya terpana dengan aura maskulin Saveri.
"Lo nggak sarapan?" tanya Saveri lagi sambil menyiapkan bekal ke sekolah untuk Rindu.
Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Rindu, Saveri meletakkan penggorengan dan melepas apronnya, kemudian berjalan ke arah Rindu. Ia menggandeng tangan Rindu dan menuntunnya ke meja makan.
"Lo nggak ngarep gue nyiapin roti buat lo juga, kan?" ucap Saveri dengan nada sedikit menyindir.
Rindu langsung menggeleng dan menyiapkan sendiri roti untuk sarapannya. "Kenapa kakak tiba-tiba baik gini?"
Saveri yang sedang membersihkan peralatan masaknya tadi menoleh, "Gue? Baik? Kalau nggak Tante Sarah yang nyuruh, nggak bakal gue repot-repot mau nyiapin sarapan buat lo."
Sambil mengunyah rotinya, Rindu cemberut. Ya mau berharap bagaimanapun memang hanya dalam angan Rindu bahwa Saveri mau dengan sukarela baik terhadapnya.
"Gue heran, deh, sama lo. Lo di rumah udah sarapan roti begitu, masih bawa bekal nasi goreng ke sekolah? Mana dua lagi."
Dengan malas, Rindu menjawab, "Itu buat Gavin sama bekal aku nanti siang."
Wajah Saveri berubah keruh, merasa tak terima karena ternyata masakan buatannya nanti akan diberi ke Gavin juga. "Oh, bawa satu aja kalau gitu."
"Lah? Kok gitu?"
"Yang masak gue, suka-suka gue dong."
Rindu memutar bola matanya menyerah. "Yaudah. Terserah."
Saveri memandang kotak bekal dan merasa tak yakin masakannya ini akan dimakan sediri oleh Rindu.
"Tapi ini buat lo. Nggak ada bekal-bekal buat si Gavin-Gavin itu."
Kali ini Rindu menoleh dan memandang tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Saveri. "Apaan, sih, Kak? Kalau mau berlagak cemburu tuh yang logis gitu loh, biar aku nggak salah paham."
Saveri tersentak di tempatnya. Ia merasa jengkel dengan jawaban Rindu. "Buruan lo kalau sarapan atau gue tinggal." Setelahnya, Saveri langsung ngacir keluar meninggalkan Rindu dengan dahi berkerut, tak paham dengan sikap Saveri.
"Jadi cowok kok aneh amat. Giliran mau baper, malah salah paham. Lagaknya juga pakek kayak cemburu gitu." cerocos Rindu sambil menghabiskan sisa roti sarapannya.
***
"Ingat! Nasi goreng gue, musti lo yang makan!" Peringat Saveri ketika Rindu akan keluar dari mobil Saveri.
"Hmm."
"Gue seriusan!"
"Iya, iya. Bawel, deh."
Saveri akhirnya mengangguk meski ia masih merasa tak yakin.
"Udah, kan?" Kepala Rindu melongok dari jendela dan melihat Saveri terus memandanginya dari dalam mobil.
Saveri terhenyak, kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan gerbang sekolah Rindu.
"Salah makan dah tu suami gue." Rindu menggelengkan kepalanya kemudian memandangi kotak bekal yang disiapkan Saveri. "Dia sebenernya bisa romantis gitu ke gue, tapi kenapa musti kepaksa, sih?" Rindu mengelus kotak bekal di gendongannya dengan sayang.
"Pagi, Princess!"
Rindu hampir saja terjengkang ke depan kalau saja tangan Gavin yang tiba-tiba di lehernya tidak segera menahannya.
"Apaan, sih?!" Dengan kesal, Rindu menyingkirkan tangan Gavin.
"Hehehe. Lo tadi bareng Anya? Mana Anyanya?"
"Anya nggak masuk. Dia di Bogor sama keluarganya."
"Lah, yang nganter lo tadi Kak Saveri, kan?"
Rindu hanya mengangguk dan tak mau banyak biacara lagi, ia langsung melenggang pergi meninggalkan Gavin yang sekarang sudah mati penasaran.
Rindu meletakkan tas dan bekalnya di meja, namun kemudian ia berbalik dan memandang Gavin yang berdiri di belekanganya hendak meraih kotak bekal di meja Rindu.
"Nggak ada makan buat lo hari ini. Ini bekal khusus Kak Veri buat untuk gue."
Gavin mengernyit. "Yaelah. Satu sendok doang. Jangan pelit ke temen kenapa?"
"Nggak, Vin. Nggak. Kak Veri ngebuatnya penuh cinta, nggak boleh dibagi-bagi."
Dengan menggerutu, Gavin melanjutkan jalannya menuju tempat duduknya. "Makan sono sampek kenyang tu cinta!" sindir Gavin.
"Yeee... sirik ae lo, Kutil!"
Rindu melirik kotak bekalnya dan tersenyum tipis.
Hihi... kapan lagi, kan bisa makan masakan suami sendiri? Eh, belum mukhrim. Rindu mengelus dadanya sambil masih tersenyum.
***
14 November 2018
Its been a long time :(
Semoga masih ada yang mau baca yaa :'D
Gakmau berharap banyak, tapi semoga kalian nggak kehilangan feelnya :')
Jangan lupa vote dan komennya sayangkuhh
Dan sepertinya aku butuh lebih banyak motivasi dari kalian :*
Love,
Erisya
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU √ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] [PART MASIH LENGKAP] Rindu percaya dengan pepatah yang mengatakan, "Usaha tidak pernah mengkhianati hasil." Maka dari itu dia tidak akan menyerah akan cintanya. Saveri, lelaki dingin, ketus, cuek juga kasar. Harusnya...