• T W E N T Y N I N E •

1.4K 45 6
                                    

TxT - Blue Orengeade

(Aku bingung mo kasih video yg liriknya apa yg debut stagenya, bcs semuanya baguss 😆)

Hope you like it ♥

***

Rindu memandangi gerbang di depannya dengan perasaan tak karuan. Satu jam lagi ujian akan dimulai dan rasanya mau melangkah masuk saja jantungnya sudah berdetak tak karuan. Rindu takut kalau nanti ia mengacau di dalam.

Tanpa perempuan itu sadari, jemarinya ada yang menggenggam. Ia menoleh dan mendapati Saveri berdiri di sebelahnya sambil tersenyum cerah.

Oh iya, dirinya hampir lupa kalau Saveri sedang menemaninya ke lokasi ujian.

"Gugup?"

Rindu langsung mengangguk. "Kalau aku cuti setahun gimana? Aku belum siap, Kak."

Saveri menangkup wajah Rindu dan menatap tepat pada manik mata perempuan itu. Terlihat jelas ketakutan di sana. Padahal sebelum ini, Saveri sudah melihat banyak Rindu berusaha sekeras mungkin menyiapkan ujiannya.

"Kamu yakin? Aku nggak bakal maksa kamu buat masuk sekarang."

Rindu menunduk. Ia tidak berani menatap mata Saveri. Lelaki itu sudah banyak membantunya untuk belajar dan tak jarang Saveri membuatkan rangkuman rumus tiap malam. Tentu saja kalau dipikir, Rindu tidak mau mengecewakan lelaki itu.

"Mama kamu pasti ngerti kalau kamu milih mau cuti dulu," imbuh Saveri.

Ah, Mamanya. Rindu benar-benar ingat bagaimana Mamanya berusaha mencarikan guru les privat untuknya, juga tiap malam wanita paruh baya itu menyempatkan diri membuatkan camilan malam untuk teman Rindu belajar.

"Kakak yakin aku bakal berhasil, kan?"

Tujuan ia bertanya sebenernya untuk menambah keyakinan pada dirinya sendiri. Kalau Saveri yakin, maka Rindu harus bisa.

Saveri mengangguk mantap.

Rindu menarik napas dalam dan mengembuskannya panjang. Dirinya sedang meyakinkan dirinya.

Sekali lagi ia melihat garbang gedung sekolah yang akan menjadi tempatnya mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. Banyak siswa sudah beramai-ramai masuk, sepertinya sebentar lagi ujian akan dimulai.

"Doaian aku, Kak."

Rindu mengepalkan tangannya sebagai tanda semangat. Ia mulai melangkahkan kakinya masuk.

Baru beberapa langkah, lengannya ditarik Saveri hingga wajah Rindu menabrak dada lelaki itu. Saveri tanpa diduga memeluk Rindu sambil mengusap rambut gadis itu. Dagunya ia tempatkan di puncak kepala Rindu.

"Kamu pasti bisa."

Rasanya seperti waktu berhenti sejenak. Pipinya merona dan bahkan ia sudah menyembunyikan wajahnya saking malu dilihat banyak orang.

Menanti tidak ada jawaban dari gadis di pelukannya, Saveri melepaskan pelukan mereka dan memberi jarak.

"Semangat!" Saveri mengepalkan kedua tangannya di udara, menyemangati Rindu.

RINDU √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang