Seventeen - Oh My!
Hope you like it 👌
***
"Huwaaa..." Bibir Rindu tak henti-hentinya mengeluarkan suara karena terlalu terpukau dengan apa yang ada di sekitarnya.
Berkali-kali ia menelan ludah karena bebauan yang mengundang perutnya makin bergejolak minta jatah. Dari tadi, Saveri hanya mengajaknya berkeliling seolah memameri aneka jenis makanan dan membuat cacing di perutnya semakin berdemo.
Langkah mereka terpaksa harus terhenti ketika ada sekitar lima gerombolan remaja yang mungkin seusia Rindu mengerubungi mereka, atau lebih tepatnya hanya Saveri.
"Kak Saveri!!!"
"Aku fans kakak, loh."
"Kakak yang ada di majalah ini, kan?" tanya perempuan dengan hoodie warna pink sambil menyodorkn majalah dengan sampul wajah Saveri.
Rindu yang merasa tersingkirkan, perlahan berjalan ke belakang dan menjauh. Ia hanya melihat dari jarak beberapa meter ketika makin banyak orang yang mengerubungi Saveri.
Bahkan bukan remaja perempuan saja, melainkan ibu-ibu pun juga ikut berswafoto dengan Saveri.
Rindu mengembuskan napas keras mencoba menahan gejolak perut yang meraung-raung. Ia menatap sebal segerombolan fans Severi yang tak ada habisnya terus berdatangan. Kalau kaya gini, kan, harusnya tadi Rindu pasang stand buat jumpa fans fans dadakan Saveri. Lumayan, uang yang terkumpul bisa ia buat jajan beberapa bulan ke depan.
Sepuluh menit menunggu, Saveri masih terlihat sibuk meladeni fansnya. Dan selama itu pula, rasanya Rindu ingin meledak di tempat karena sudah saking capek dan lapar.
Tanpa pikir panjang, ia meninggalkan tempatnya dan berjalan menyusuri stand makanan untuk mengisi perutnya. Menunggu kapan selesainya Saveri sama saja menunggu cinta doi yang nggak kelar-kelar.
***
Saveri merasa kewalahan ketika makin banyak saja orang yang menggerombolinya dan meminta foto. Saveri tidak mau sombong, tapi kalau begini ia merasa benar-benar sudah seterkenal ini, kah?
Menjadi model serta selebgram memang tak mudah. Ketika ingin keluar sebentar, selalu ada saja halangan seperti ini. Tapi sebagai lelaki yang baik dan cinta perdamaian, Saveri juga tak pernah sekalipun menolak ajakan fans yang ingin sekedar peluk, minta tanda tangan serta berfoto. Saveri sama sekali tak keberatan.
Tapi sepertinya malam ini ia salah ambil strategi keluar. Tempat ramai, juga banyak di kunjungi remaja, seharusnya tak ia pilih. Sekarang lihat. Untuk sekedar bernapas saja ia harus mendongakkan kepalanya dulu.
Saveri meringis ketika sebelah pipinya ditarik oleh seorang wanita paruh baya. Kemudian sesaat setelahnya makin banyak yang mencoba untuk kontak fisik dengannya, seperti tiba-tiba main peluk, cubit, dan menoel pinggangnya.
"Maaf, ya, Ibu-ibu dan teman-teman sekalian. Saya permisi sebentar."
Setelah berkata demikian, Saveri langsung ngacir menjauhi kerumunan dan mengabaikan teriakan tak rela dari beberapa orang yang belum berhasil berfoto dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU √ [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA] [PART MASIH LENGKAP] Rindu percaya dengan pepatah yang mengatakan, "Usaha tidak pernah mengkhianati hasil." Maka dari itu dia tidak akan menyerah akan cintanya. Saveri, lelaki dingin, ketus, cuek juga kasar. Harusnya...