Happy reading
Paling susah itu memang mengatakan maaf. Bisa karena gengsi, bisa karena tidak peduli.
-Karina Mutiara Wijaya-
-----------------------------------------------------------------
Senin
06.00
Namaku Kirana Mutiara, sekarang hari pertama ku melaksanakan MPLS (masa perkenalan lingkungan sekolah). Yap, hari ini aku masuk untuk memenuhi persyaratan untuk masuk ke SMA. setelah aku melaksanakan segala macam tes dan embel-embel lainnya. Sekarang lah di 3 hari ke depan aku akan melakukan apa yang kakak osis perintahkan.
Setelah mempersiapkan diri, seperti mandi dan berpakaian. Aku langsung pergi mengambil tas dan peralatan yang diharuskan dibawa hari ini. Cepat-cepat aku turun kebawah sambil berlari untuk sarapan.
"Pagi Ayah, Bunda!"
"Pagi juga sayang, jangan lari-lari nanti jatuh."
"Hehe maaf, Yah. Soalnya Ana seneng banget sekarang hari pertama. Ana cepet-cepet pengen tau gimana rasa nya MOS di SMA!" jawab ku semangat.
"Yauda sekarang kamu sarapan dulu, ya."
Bunda memberi roti selai kacang kesukaan ku.
"Udah SMA, Ana harus serius belajar jangan pacaran dulu."
Jujur, aku belum pernah berpacaran. Karena memang Ayah dan Bunda yang melarang. Ditambah akupun tidak ingin berpacaran lebih dulu. Karna menurutku lelaki semua sama saja. Hanya bisa menyakiti wanita. Iya kan?
Jangan berpikir kalian mengira aku suka sesama jenis. Aku 1000 persen normal. Serius.
Kalau pun ada yang mendekatiku, aku menjauh. Dan yang mendekatiku itupun perlahan mundur. Tidak bermaksud memperjuangkan ku lebih dari itu.
Aku benci lelaki seperti itu.
"Udah belum Ana? Nanti kamu terlambat."
"E--h iya, Yah. Ayo!"
Aku dan Ayah pun berangkat, sebelumnya kita berpamitan pada Bunda.
🌸🌸🌸
"Inget pesan Ayah, Ana."
"Iya, Ayah. Jangan ngebut ya, ayah kan bukan pembalap."
"Iya, kamu bisa aja. Take care sayang."
"Oke, bye Ayah!"
Akupun keluar setelah sampai didepan gerbang sekolah.
Kulihat semua sama seperti ku, memakai apapun yang terlihat merepotkan. Topi kerucut, nama yang digantung menggunakan kertas karton. Ditambah rambut yang diikat oleh rapia warna-warni. Seperti orang gila.
"Ana!"
Suara cempreng itu terdengar, suara itu yang sudah sangat aku kenal.
Dia, Dira. Temanku dari SMP. Suaranya cempreng seperti toa mesjid, serius. Tapi aku sayang.
"Dira bisa gak teriak-teriak? Ini masih pagi." jawabku.
Kita nyebrang sambil mengobrol, sambil liat kanan-kiri. Tiba-tiba ada suara nyaring klakson.
Aku dan Dira sempat terkaget, aku dan si pengendara itu pun saling menatap. Dia memakai helm yang tidak menutupi seluruh kepalanya. Hanya terlihat muka, dan aku lihat sorot matanya yang hangat dan tampak kesal, mungkin.
Kesal? Toh dia yang salah bukan aku. Aku merasa sudah benar berjalan. Dia nya saja yang tidak sabaran.
Kukira dia akan meminta maaf, taunya? Dia langsung pergi meninggalkan aku, dan Dira yang masih melamun, mungkin kaget.
"Eh, Ra! Ayo masuk. Malah ngelamun."
"Iya, eh gila ganteng banget ya yang tadi?"
Ganteng? Dira liat dari mana deh, orang mukanya ditutup gitu.
"Iya ganteng, helm nya. Udah ayo nanti telat."
"Kayak nya dia anak osis deh."
"Udah deh Ra, pagi-pagi udah ngomongin cowo aja."
"Iya gue lupa, lo kan gak suka cowo."
"Apaan sih, aku tuh bukan gak suka cowo ya. Cuma lagi ngehindar dari masalah yang bikin aku ga fokus."
"Basi, Ana. Sekarang tuh kita udah SMA jadi pasti banyak cogan yang lebih dari sekolah kita dulu. Dan lo juga masih ngomong pake 'aku-kamu' kuno banget."
Iya, aku selalu memakai 'aku-kamu' dibanding 'gue-lo' gatau, mungkin ga terbiasa. Toh 'aku-kamu' lebih sopan.
"Gak apa-apa dong, kebiasaan emang susah buat dihilangin, Ra."
"Iya-iya Ana sayang yu masuk."
Aku dan Dira pun masuk, sempat terpikir. Anak macam apa tadi? Tidak punya tata krama. Apa susah nya bilang maap? Memang benar kata pepatah, paling susah itu mengatakan maap. Ya contoh nya tadi si cowo yang kata Dira ganteng itu.
💌💌💌
Haii! Cerita baru nih hehe. Jangan lupa votement ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
aNata
Teen Fiction#20 in Teen Fiction Kadang, kita harus merasakan sakit terlebih dahulu ketika ingin merasakan bahagia. ... Ini cerita tentang aku dan dia. Cerita ini mungkin berbeda dengan yang lain. Insyaallah. Terimakasih untuk author yang sudah ikhlas mengetik...