ANATA 11

3.6K 171 6
                                    


Happy reading :)

Sayang? Satu kata penuh makna. Bisa bermakna tulus, bisa bermakna modus.

-----------------------------------------------------------------

Aku, Laras dan Dira sedang duduk didalam tenda yang baru saja beres tadi sore. Itu pun yang mengerjakan anak laki-laki yang pastinya dibantu kak Nata.

"Kamu ribet banget deh, Ra." ucapku ke Dira.

"Iya, gue aja gak gitu-gitu banget." sahut Laras yang sedang tiduran itu.

Bayangkan Dira membawa 2 tas besar. Aku saja hanya satu.

Dira membawa perlengkapan kumplit. Dari odol, sabun, pencuci muka, masker muka, lipstik, dan pemlabalut.

"Gapapa, Na. Biar gue gak kekurangan." jawab nya sambil membuka resleting tas.

"Tapi itu, pembalut buat apa? Emang kamu lagi?" tanyaku kaum wanita pasti mengerti.

"Siapa tau gue dapet tiba-tiba. Kan repot kalo gue gak bawa."

"Terus itu masker? Emang kamu mau maskeran dihutan? Ya kali, Ra. Gak mungkin kamu maskeran dihutan." tanya ku yang juga ikutan membuka tas, mengeluarkan semua keperluan dan membereskannya.

"Dira mau pake masker nanti pas jurit malem, katanya." ucap Laras terkekeh.

"Di dunia ini gak ada yang gak mungkin, Na." jawab Dira.

"Yakali, jing." jawab Dira menatap kesal Laras.

"Mungkin aja lo jodoh sama kak Nata." lanjutnya.

Jodoh? Yakali. Setiap dekat saja berantem. Setiap bertemu saja cuek.

"Gak mungkin, Ra."

"Mungkin aja, kan kata gue juga gak ada yang gak mungkin."

"Pikiran kamu kayak orang dewasa, kita baru aja kelas 10, Ra. Udah mikirin jodoh aja."

"Maka dari itu, kita dari sekarang harus mikirin buat masa depan. Biar gak burem." jawabnya yang masih memberiskan perlengkapan kecantikannya.

Dira memang seperti itu, walaupun sikap dan kelakuan nya berantakan, tapi dia tetap memperhatikan fisiknya. Beda denganku, aku selalu bodo amat dengan segala macam make up atau pun pembersih muka misalnya, bedak pun aku masih bedak bayi.

"Laras, kamu gak beres-beres?" tanyaku pada Laras yang masih saja tiduran.

"Nanti aja, males gue."

Bisa dilihat kalau Laras orang nya pemalas.

"Eh, katanya solat ashar dulu." Tina-kelompokku- membuka tirai tenda dan masuk membawa mukenanya.

"Iya, nanti kita nyusul."

"Oke," jawabnya, setelah itu dia keluar lagi.

"Cepetan ya, kak Nata loh yang imaminnya." ucapnya sebelum pergi.

"Semuanya ngomongin kak Nata, kenapa sih?" tanyaku kesal.

Pasalnya semua orang membicarakan dia, memuji dia apapun yang dia lakukan. Padahal kan dia ngeselin. :3

"Lo nya aja yang buta, kak Nata itu emang cocok buat jadi cowo idaman. Jadinya semua orang suka." sahut Dira.

"Iya, udah ganteng, tinggi, mancung, kulit putih sama halus kita mah kalah. Abis itu sholeh lagi. Cewe mana yang gak mau?" lanjut Laras yang sekarang sudah bangun menyiapkan mukena.

"Aku," jawabku.

Iya, aku kan? Aku gak mau kan?

"Awas lo kena omongan sendiri."

aNataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang