Happy reading :)
Tatapan mata bisa menjawab semuanya. Ketika kamu ingin membuktikan kalau dia bohong atau tidak, kamu tatap aja matanya. Karena mata tidak pernah berbohong.
-----------------------------------------------------------------"Kak Nata? Ngapain disini?" kenapa orang-orang hobi nya ngagetin terus sih? Untung perasaan ku baik-baik aja. Eh maksudnya jantung. Hehehe.
"Ini tempat umum kok. Serah gue mau ngapain juga. Terus ini kantin, jadi ya gue mau makan." katanya yang berubah tempat menjadi disisiku. *asek
"Maksud aku, ngapain disini kan kak Nata udah jajan tadi. Masa iya jajan lagi. Lagian kasian tuh cewek kakak sendirian." ucapku padanya sambil melihat kak Dewi.
Kenapa aku jadi sensi gini ya?
"Siapa cewek gue?" dia ngikutin arah mata aku. Dia tersenyum.
"Oh, Dewi? Dia bukan cewek gue kali. Dia sahabat gue. Lagian sensi banget, kenapa? Cemburu ya?" tanya nya sambil senyum smirk.
"Ih apaan deh, cemburu? Emang kakak siapa aku?"
"Gue? Gue kan calon." jawabnya.
"Calon? Calon apa?" tanya ku.
"Calon pacar lo." katanya. Dia emang selalu berkata yang membuat ku serangan jantung dadakan. Huft
"Ini pesanannya, de." untung ada si mba, yang menyelamatkan ku. Kalau gak ada, aku mau jawab apa? Aku gak ahli dalam hal ini. Hm
"Gue aja yang bawain," mengambil kresek yang berisi pesanan ku.
"Aku bisa sendiri,"
"Udah gue aja."
Yaudah, dasar keras kepala. Iya dia yang keras kepala, bukan aku.
"Ohiya, gue minta maaf." katanya ketika dijalan mau ke tempat duduk.
"Eh?" minta maaf kenapa dia? Emang dia punya salah? Eh dia punya banyak! Salah satunya selalu buat aku deg-degan!
"Soal kemarin. Gue gak jemput lo, gue ninggalin lo sendiri."
Oh, masih kesel sebenernya.
Tapi kembali ke posisi awal. Aku bukan siapa-siapa. Cuma sekedar angin lalu baginya. Yang cuma numpang singgah karena sesuatu hal, dan mungkin nanti akan ditinggalkan dan dilupakan.
"Gapapa, lagian gak ada kewajiban buat kakak jemput aku." jawab ku yang tidak berani menatapnya.
"Maaf udah ninggalin lo sendiri."
"Aku udah biasa sendiri kak, jadi tenang aja." kataku yang tersenyum, dan akhirnya memberanikan diri untuk Menatapnya. Dan ternyata kak Nata juga sedang menatapku. Kita terdiam beberapa detik sambil bertatap, tapi aku sadar lalu langsung memalingkan muka dan pergi dari sana. Lama-lama bertatapan seperti itu membuat aku khilaf.
Bola matanya yang coklat, tatapan nya yang hangat. Membuat akal sehat ku berhenti seketika.
Tatapan mata itu, melihatkan kalau dia tulus meminta maaf. Dan ada sedikit tatapan kesakitan di sana. Kesakitan? Orang macam ini mana mungkin mengalami kesakitan.
"Lama banget lo."
"Penuh tadi." Maafkan aku berbohong Dira.
"Makanannya?" tanya Lulu.
"Eh." Hadu makanannya kan sama kak Nata.
"Ini," kak Nata memberikan kresek tadi.
"Kok sama kak Nata sih?" tanya Laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
aNata
Teen Fiction#20 in Teen Fiction Kadang, kita harus merasakan sakit terlebih dahulu ketika ingin merasakan bahagia. ... Ini cerita tentang aku dan dia. Cerita ini mungkin berbeda dengan yang lain. Insyaallah. Terimakasih untuk author yang sudah ikhlas mengetik...