Happy reading :)
Perasaan gak bisa dipaksain. Seberapa besar lo dapetin dia, kalo hati dia bukan buat lo, ya wassalam.
-----------------------------------------------------------------
"Ana! Lo kemana aja sih? Udah tau mau pulang, malah kelayaban. Jadi gue kan yang beresin barang-barang lo." Kata Dira yang tampak kesal. Baru saja aku dan Arya sampai, udah dapat semprtotan seperti ini.
"Yaudah, Na. Gue duluan ya." Kata Arya yang langsung pergi setelah mengantarkan ku ke tenda.
Aku jadi ingat jawaban atas pertanyaan ku tadi,
"Tidak semua lelaki ingkar janji. Pasti ada sebab dan akibat membuat dia mengingkari janji nya yang mungkin malah tidak mau dia ingkari."
Apakah kak Nata seperti apa yang dikatakan Arya?
Aduh ini kenapa aku selalu membicarakan dia? Ada apa dengan perasaan ku?
Apa hak ku untuk memintanya tidak ingkar janji? Sadarlah, Na.
"Woy! Malah ngelamun!" Kata Laras menyadarkan ku.
"Tadi gue liat kak Nata gendong si Dewi itu." kata Dira.
"Kak Dewi, Dira. Dia itu kakak kelas kita." kata ku memberitahunya.
"Iya-iya kak Dewi."
"Ya emang kenapa? Hak dia dong mau apa aja, terserah dia." kata ku.
"Hati lo gimana?" tanya Laras.
Hati? Apa kabar hati? Apakah kau baik-baik saja? Apakah kau tak suka? Hati, kumohon jangan seperti ini. Kau tidak berhak untuk merasakan ini.
"Hati aku gapapa, kenapa nanya gitu? Aku gak ada hal special sama kak Nata. Cuma sebatas senior dan junior." perjelasku kepada Dira dan Laras. Akhir-akhir ini mereka memang selalu menyudutkan ku dengan kak Nata.
"Lo masih gak sadar? Perhatian kak Nata ke lo itu beda, Na."
"Emang beda? Buktinya dia perhatian kok sama kak Dewi." ucap ku sambil menutup tas.
"Tapi,"
"Udah deh Ra, Ras. Aku gak ada apa-apa sama kak Nata, dan gak akan pernah ada. Kalian tau kan prinsip aku?"
Dira dan Laras diam.
Aku masih meyakinkan hatiku bahwa aku memang tidak ada rasa dan tidak akan pernah.
"Yaudah, ayo. Nanti kita telat." ucap ku yang mendahului mereka.
----///----
Akhirnya kita semua pulang. Kita semua turun di sekolah.
"Na, Ra, gue duluan ya. Udah ada yang jemput." kata Laras yang baru saja turun dari Bus.
"Iya, hati-hati ya."
Laras pun berlalu.
"Lo pulang sama siapa?" tanya Dira.
"Gatau," jawab ku.
"Sama gue aja." Ajak Dira.
"Rumah kita kan beda arah, Ra. Engga ah, gak mau repotin kamu." kata ku.
"Yaelah, kek sama siapa aja lo. Ayo udah,"
Ketika aku dan Dira hendak pergi,
"Ana!" seseorang menahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
aNata
Teen Fiction#20 in Teen Fiction Kadang, kita harus merasakan sakit terlebih dahulu ketika ingin merasakan bahagia. ... Ini cerita tentang aku dan dia. Cerita ini mungkin berbeda dengan yang lain. Insyaallah. Terimakasih untuk author yang sudah ikhlas mengetik...