Happy reading :)
Gue bakal jadi cahaya buat lo. Sampai lo gak takut lagi sama gelap. Gue gak bakal biarin lo tersesat, ketika lo jalan sendirian. Karena gue gak bakal biarin lo sendirian.
-Anata Kharisma-
-----------------------------------------------------------------
"Ana!" Teriak Dira yang langsung mengahampiri ku setelah aku sampai ke tenda.
Kak Nata menurunkan ku dengan pelan-pelan.
"Bisa masuk ke dalam nya? Atau mau gue bantu?" tanyanya setelah aku turun di depan tenda.
"Gak usah, kak. Nanti dibantu Dira saja." kataku, aku tidak mau merepotkan lebih jauh lagi.
"Yaudah, gue pergi dulu."
"Iya, makasih kak."
"Eh, gak ada yang tau kan?" tanya kak Nata ke Dira dan Laras.
"Gak ada kak, tapi tadi Riri bilang ke kak Aldo." Laras menjawab.
Setelah itu kak Nata pergi, aku terus melihatnya sampai punggung nya tak terlihat lagi.
Disempanjang jalan, tidak ada yang berbicara. Semuanya diam. Hanya suara jangkrik yang terdengar. Dan mungkin cuma hati kita yang bicara. Setelah kak Nata bicara itu, aku tidak menjawab. Aku berpikir ucapan itu sebagai Senior ke Junironya, tidak lebih.
Karena aku tidak mau mengharapkan lebih. Terlebih aku tidak pernah berpacaran. Mana mau kak Nata yang populer mau berpacaran dengan anak Kuper seperti ku?
"Lo gapapa, Na?" tanya Laras.
"Gapapa,"
"Dira khawatir banget sama lo. Dari tadi dia nangis. Gue jadi kewalahan ngeberhentiin nangisnya." kata Laras yang terdengar kesal itu.
Haha. Dira memang paling susah berhenti ketika sudah nangis.
"Maaf, udah bikin kalian khawatir."
"Gue yang minta maaf, harusnya lo didepan gue aja." kata Dira.
Aku percaya Dira menangis, lihat saja Matanya. Bengkak seperti sudah di pipisi serangga.
"Iya, yang penting aku udah disini. Udah jangan nangis lagi." ucap ku mengelus punggung Dira.
Dira memelukku, ah aku sayang Dira!
Laras juga mengikuti, dia juga memelukku. Ah aku juga sayang Laras!
"Kok lo bisa digendong sama kak Nata sih?" tanya Dira setelah kita melepaskan pelukan.
"Tadi, aku kesandung batu gitu. Terus dia nawarin, aku nolak. Tapi dia maksa, aku juga gak mau berdebat, apalagi kita ada dihutan. Dan akhirnya, gitu.."
"Sosweett ternyata kak Nata,"
"Biasa aja, lebay." Riri menyahut.
"Lo gapapa kan, Na?" tanya Tina.
"Gapapa."
"Kenapa sih lo, Ri? Perasaan daro tadi lo nyebelin banget. Ada masalah apa sama kita?" tanya Dira terlihat kesal.
"udah, Ra. Aku gak mau ada ribut-ribut."
"Sekarang mending kita tidur, udah jam setengah 2. Nanti kan api unggun jam 3." kata ku.
Akhirnya aku, Dira dan Laras pun tidur.
Riri? Entah. Aku tidak mau mengurusi orang seperti itu. Selalu ketus tapi tidak tahu masalahnya apa. Orang seperti itu butuh aqua. Tenang, Ri. Nanti aku belikan Aqua.
KAMU SEDANG MEMBACA
aNata
Teen Fiction#20 in Teen Fiction Kadang, kita harus merasakan sakit terlebih dahulu ketika ingin merasakan bahagia. ... Ini cerita tentang aku dan dia. Cerita ini mungkin berbeda dengan yang lain. Insyaallah. Terimakasih untuk author yang sudah ikhlas mengetik...