ANATA 22

2.6K 108 6
                                    


Happy reading, jangan lupa vote dan komentar nya :)

SELAMAT MEMBACA KISAH ANA DAN NATA

-----------------------------------------------------------------

Selalu gugup saat dekat kamu. Tolong beri tahu aku, ada apa dengan dirimu yang sampai membuat hati ku tidak normal seperti ini?

-----------------------------------------------------------------

06.00

"ANAA!" suara menggelegar terdengar terbiasa membangunkan ku di pagi hari.

"Bangun udah siang, kamu kebiasaan deh udah sholat shubuh tidur lagi!" bunda masuk ke kamar dan membuka jendela kamar ku yang membuat matahari pagi masuk ke dalam. Ahh silau!

"Bentar bun, nanti juga bangun." kata ku yang masih sedikit ngantuk.

"Nanti itu kapan? Udah, cepet mandi!" bunda keluar dari kamar.

Semalam, aku tidak bisa tidur. Baru kali ini aku susah tidur. Biasanya, ketika aku sudah di kasur mata ku bisa langsung tertutup. Tapi tadi malam, susah sekali untuk ku memejamkan mata.

Semua itu gara-gara orang yang akhir-akhir ini mengganggu. Iya, kak Nata. Baru sekarang aku tidak bisa tidur cuma karena laki-laki.

Apa ini? Hati ku berdebar ketika mengingat nya, hati ku berdebar ketika memanggil namanya. Apakah ini cinta? Segampang ini? Secepat ini?

"Ana! Udah siap belum?" lagi-lagi bunda memanggil. Ingin ku marah, tapi takut dosa.

"Udah mah, lagi pakai sepatu." kata ku yang memang sedang menalikan tali sepatu.

"Cepat ya, di bawah ada Nata."

"Iya,"

"EH! KAK NATA?"

Setelah 5 menit aku diam di kamar dan memikirkan untuk apa kak Nata ke rumah ku. Untuk menjemput? Huft.

Dari pada aku telat, lebih baik aku turun. Tapi ini hati masih tidak bisa di kontrol. Hati, kamu kenapa?

"Kamu lama banget sih. Nata kan kasihan nunggu lama." kata Ayah ketika aku sudah turun dengan pemikiran yang lama.

"Gapapa kok Om." jawab kak Nata senyum ke Ayah.

Kok Ayah gak marah ya ada laki-laki datang ke rumah? Biasanya ayah kurang suka kalau ada laki-laki datang. Tapi ini? Ayah malah terlihat dekat dengan kak Nata.

"Yaudah, ayo berangkat." ajak ku dan langsung berpamitan.

"Kamu gak sarapan dulu?" tanya Bunda sebelum aku pergi.

"Engga ah, udah kenyang!" langsunh ku keluar tapi melirik sebentar kepada kak Nata.

"Yaudah tante, om, saya pamit ya."

"Hati-hati Nata."

---

Di dalam mobil aku dan kak Nata terjebak lampi merah. Dari tadi keadaan mobil begitu hening. Tidak ada yang bicara. Situasi macam apa ini? Aku tidak suka!

"Kak Nata kenapa sih jemput aku?" tanyaku kepada kak Nata yang serius menyetir.

"Siapa yang jemput lo? Gue cuma numpang makan." jawab kak Nata.

Hih dia gak bisa bohong apa? Masa iya orang macam kak Nata numpang makan di rumah orang? Dirumah nya emang gak ada yang masak? Bunda nya ngapain aja emang?

"Bohong!"

"Siapa juga yang bohong,"

Jelas-jelas dia bohong, masih ngelak.

"Terus tau dari siapa rumahku?"

"Lo lupa atau emang pikun? Kemarin kan gue anter lo pulang." jawabnya sambil melihat sebentar kepada ku.

"Oh iya, hehehe."

Kok aku sampai lupa ya? Padahal kan semalam aku susah tidur gara-gara dia.

"Mulai sekarang, gue bakal antar jemput lo. Gak boleh ada penolakan." katanya.

"Kok gitu sih? Mana boleh kek gitu. Harus ada persetujuan Ayah dulu."

"Gue udah izin. Dan Ayah lo setuju, banget." kata kak Nata yang menekan kata 'banget' di ujung kalimat nya.

"Segampang itu?" tanya aku yang memang tak percaya. Dalam masalah laki-laki, Ayah sangat teliti. Tapi ini? Ayah kenapa?

"Iya. Gue anak baik, jadi ayah lo restuin gue." katanya percaya diri.

"Hih. Tapi aku gak mau!" kataku yang masih mencoba menolak nya.

"Harus mau."

"Engga!"

"Kalo jadi pacar gue mau?"

"Hah?" gak salah dengar kan aku? Apa katanya? Jadi pacarnya? Hih gak mau, gak mau nolak.

"Apaan sih. Lagian tadi kakak ngapain kerumah aku? Numpang makan? Emang bunda kakak gak masak?" Tanya ku memperalihkan pertanyaan kak Nata tadi.

"Mamah gue udah gak ada." jawabnya sangat pelan. Mungkin kalo ada semut di dalam mobil ini juga gak akan dengar.

"Maaf kak, gak maksud git--"

"Gapapa. Biasa aja kali."

Aku jadi merasa bersalah karena sudah berbicara seperti itu tadi. Aku merasakan kesedihan kak Nata. Kehilangan seseorang yang sangat lah di sayang pasti menyakitkan.

Akhirnya kita sampai. Tapi sebelum masuk kelas, aku kepikiran giman nanti kalau anak yang lihat aku turun di mobil kak Nata? Apalagi kalau Dira yang lihat. Bisa heboh.

"Kenapa gak turun? Takut di liat sama yang lain?" tanya kak Nata.

"Iya, lagian kakak sih segala jemput aku. Nanti di kata orang aku ini pacar kakak." kataku sambil melihat keluar kaca mobil.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Tiba-tiba kak Nata bertanya seperti itu sambil memegang tangan ku. Hati dan jantung ku sudah tak karuan. Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan?












🐣🐣🐣



TERIMA TIDAK YA? HEHE.


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR NTA YA. 😚😚

aNataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang