Shani Indira Natio
Sebuah mobil sedan berwarna hitam masih setia menunggu di depan gerbang rumah mewah ntah milik siapa. Ia tengah menunggu seorang gadis yang katanya itu memiliki paras seperti bidadari.
Sesekali seutas senyuman terpatri kala dirinya mengingat akan seperti apa acara jalan-jalan nya dengan si gadis itu?
Viny. Nama yang memang sudah tak asing lagi itu masih terus memandangi jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya. Entah itu dorongan dari mana yang tiba-tiba saja membuatnya menjadi INGIN menunggu lebih lama lagi.
Detik menit telah ia lewati selama menunggu.
Shani, gadis yang sedari tadi Viny tunggu akhirnya tiba dan masuk ke dalam mobil. Viny mengulum senyum tipis sambil langsung menghidupkan mesin mobil.
"Cantik banget, Indira."
"Gue kan emang cantik. Dari mana aja lo?"
Viny hanya terkekeh. Ia tak berniat menjawab pertanyaan Shani. Tangan kiri nya terulur, mencari saluran radio yang menurutnya pas. Setelah mencari-cari, akhirnya Viny menemukan nya.
Ia sempat terdiam mendengarkan lagu yang diputar diradio tape nya. Begitu pula dengan Shani, yang pada awalnya terfokus pada ponselnya, kini mulai terfokus pada wajah samping Viny.
"And i'd go back to december.." gumam Shani dan juga Viny secara bersamaan.
Tanpa sadar kedua nya saling beradu pandang. Viny lebih dulu membuang pandangan nya dan memfokuskan nya pada jalanan di depan nya. Degup jantungnya saat ini benar-benar tak karuan. Ada hal lain yang tengah ia rasakan di hatinya, namun apa? Ia sendiri bahkan tak bisa menerjemahkan tulisan di hatinya itu.
"Ada apa di bulan Desember?" Tanya mereka berdua secara serentak. Detik berikutnya mereka tertawa menyadari hal bodoh yang terjadi untuk yang kedua kalinya.
Viny menggaruk kepalanya yang tak gatal dengan wajah bodohnya(?) Ia lalu tersenyum malu di hadapan Shani, "Kok bisa samaan sih?" Tanya Viny. Shani hanya mengangkat bahunya acuh. Masih dengan senyuman yang mengembang dibibirnya.
"Lo ada apa emangnya di bulan Desember?" Tanya Shani.
Mata Viny mengedar kesekeliling tengah mencari jawaban. Kerutan di dahinya pun terlihat. Sebelum benar-benar menjawab, hembusan napas kasar lolos dari mulutnya.
"Ga ada apa-apa. Cuma.." Shani mengerutkan keningnya bingung. Ia mengubah posisi duduknya menjadi menghadap wajah samping Viny, "Kenapa?" Tanya nya. Viny menggeleng seraya menggenggam tangan Shani, "Ga ada apa-apa kok, beneran."
"Ih yang bener?" kembali tanya Shani. Lagi, Viny hanya mengangguk menjawab pertanyaan Shani.
Tanpa Shani sadari sepenuhnya, tangan kanan nya terangkat guna mengusap lembut pipi Viny. Gadis disampingnya sempat tersentak kaget, namun detik berikutnya ia seolah menikmati usapan lembut yang Shani berikan. Ekor matanya sesekali melirik kearah Shani yang sampai sekarang masih tak melepaskan pandangan nya dari Viny.
Usapan Shani terhenti di rambut Viny. Ia tersenyum memandang wajah samping Viny, "Gue baru sadar ada cewek semanis lo." Serunya
"Gue juga baru sadar ada bidadari secantik lo." Jawab Viny
"Apaan sih" Shani menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Mencoba menyembunyikan semburat merah di pipinya.
"Yang awalnya mau ngalus siapa ya?" Ledek Viny. Shani mendengus sebal lalu menghempaskan tangan nya kebawah. Ia menatap sebal Viny sambil kedua tangan nya ia lipat di depan dada, "Siapa yang mau ngalusin lo? Pede gila."

KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU [END]
FanfictionFIX! Mereka berdua sudah tak lagi bisa untuk menghindari semuanya.