Lantunan suara yang menyanyikan sebuah lagu terdengar amat sangat indah bagi siapapun yang mendengarnya. Alunan musik yang mengalun dengan lembut pun menyertai suara kali ini.
Awan hitam pekat diikuti dengan turunnya hujan ke muka bumi, membuat Shani terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Ia merasakan sesuatu yang berbeda muncul di dirinya. Entah apa itu namanya.
Dikelas yang nampak sangat ramai karena tak ada guru yang masuk membuat Shani sedikit risih. Ia kemudian beranjak lalu berjalan kearah jendela berniat memperhatikan setiap gerak-gerik hujan kala turun membasahi bumi.
"Shan," seorang gadis dengan rambut digerai tiba-tiba saja berdiri tepat disamping Shani. Gadis itu menggenggam kuat satu tangan Shani, "Are you okay?" tanya gadis yang kerap kali di panggil Nadse.
"I'm fine."
"Serius?"
"Hmm."
Nadse menghembuskan napas berat, ia kemudian merenggangkan genggaman tangannya itu seraya menarik tubuh Shani agar menatap kearahnya. Nadse menatap dalam netra pekat milik Shani. Tak lama kemudian terdengar tawa yang sedikit dipaksakan,
"Lo bohong, kan?" tanya Nadse. Shani memejamkan matanya berusaha menahan air matanya yang hendak akan turun menyelusuri pipinya. Ia menggelengkan kepalanya masih dengan mata terpejam kuat. Detik berikutnya ia membuka matanya secara perlahan, matanya berkaca-kaca, senyum tipisnya terpatri dengan sedikit paksaan. Tanpa harus menunggu lagi, Nadse langsung membawa Shani masuk kedalam dekapan nya.
Tangis Shani pecah kala itu juga. Isak tangisnya benar-benar terdengar jelas ditelinga Nadse. Gadis itu tak bisa lagi dibohongi. Sebisa mungkin Nadse harus menenangkan gadis yang ada dalam dekapan nya itu, bagaimana pun itu caranya.
"Ada apa?" tanya Nadse pelan. Tangan nya masih terus mengusap lembut rambut Shani.
"Bunda mau nikah, Sa." ucap Shani dengan suara bergetar.
"Ya bagus dong, kenapa lo nangis?"
Shani melepaskan pelukkan erat itu. Ia kemudian mengusap kasar wajahnya lalu menatap Nadse, "Bunda mau nikah sama bokap nya Viny."
"WHAT?! SERIOULY?!" Shani hanya mengangguk mendengar ucapan Nadse yang amat sangat terkejut itu.
"Kok bisa?"
"Gue gak tau,"
Hening.
Nadse dan Shani sudah terjatuh dalam pikiran masing-masing. Mereka berdua tengah memikirkan apa yang harus mereka lakukan setelah ini? Terlebih lagi Shani. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini. Ada banyak cara dibenaknya untuk memutuskan semuanya, tapi bagaimana ia harus melakukan nya jika mental nya saja tak sekuat keinginannya?
"Lo sama Viny masih berantem?"
Shani menghembuskan napas berat, "Gue tau soal ini dari dia. Tapi, gue masih marah sama dia. Gue gak tau harus gimana lagi, Sa. Jujur, gue ingin cari tau semuanya. Gak mau terus-terusan kayak gini." jelas Shani dengan kepala tertunduk.
"Baikan sama Viny."
"Tapi Sa--"
"Jangan pertahanin gengsi lo, Indira."
"Gu--"
"Gak ada penolakan. Jika lo mau cari tau semuanya, cari tau bareng Viny. Ajak dia. Tapi, jika lo nolak ucapan gue, semua balik lagi ke lo." jelas Nadse membuat gadis dihadapan nya terdiam.
Shani mengusap kasar wajahnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan nya. Detik berikutnya ia tahu hal apa yang harus dilakukan nya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU [END]
FanfictionFIX! Mereka berdua sudah tak lagi bisa untuk menghindari semuanya.