FIX 13

1.5K 184 11
                                    

"Na- Nadse.."

"BAGUS YA LO!" Bentak Nadse.

Mata tajam nya melirik kearah Anin yang masih menunduk takut, "Shani liat ini, dia akan sakit hati, kak." Seru Nadse, "Lo emang gak pernah ngehargai Shani kak. Kalau sampe gue liat lo deket-deket Shani lagi, lo akan berurusan dengan gue, Ratu Vienny." Lanjut ucap Nadse. Ia sengaja menekan kan nama Viny dengan sorot mata tajam yang ditunjukkan untuk Viny.

"Inget itu!"

Viny masih memegangi pipi kirinya yang terasa sangat panas karena tamparan yang Nadse berikan tadi. Ia mengerjap beberapa kali melihat sosok Nadse yang sudah mulai samar dari hadapan nya. Ia mendudukan tubuhnya yang tiba-tiba saja terasa sangat lemas. Anin yang berada disampingnya ikut duduk disamping Viny. Tangannya terangkat mengusap pipi kiri Viny,

"Maafin aku.." Anin terus memperhatikan wajah samping Viny. Raut wajahnya nampak berubah dari sebelumnya. "Kak Viny.."

"Anin.." Viny beralih menggenggam tangan Anin yang sedari tadi mengusap lembut pipinya. Ia tersenyum semanis mungkin di hadapan Anin. "Ini bukan salah kamu, aku sama Shani gak ada hubungan apa-apa."

"Ta.. tapi kak--"

"Denger ya.." Viny menarik napas panjang sebelum benar-benar menjelaskan maksud yang sebenarnya. "Kak Viny sama Shani itu cuma pura-pura pacaran selama ini, Shani cuma bantu kak Viny untuk nyelesaiin tugas dari temen-temen kak Viny yang mereka minta kalau kak Viny harus pacaran selama satu bulan sama Shani. Dan sekarang, kita udah putusin hubungan kita yang dulu. Jadi, jangan minta maaf lagi ya? Karna ini bukan salah kamu, paham?" Jelasnya dengan kedua matanya yang tak pernah lepas dari wajah Anin.

Anin mengangguk lemah. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa. Bahagia kah? Atau harus merasa bersalah?

Pasalnya, sejak awal Viny mengajaknya berkenalan, Anin sudah merasa terpesona dengan semua perlakuan Viny padanya. Dan ya, ketika dia tahu hubungan Viny dan Shani yang sebenernya, ia merasa bahagia dan juga merasa bersalah karna Viny harus menerima resikonya.

"Kakak anter kamu ke kelas, yuk." Anin mengangguk seraya menggapai uluran tangan Viny.

~

Viny terus mengaduk-aduk minuman di depan nya. Ia teringat pada kejadian tadi sebelum jam istirahat. Mengingat bagaimana tatapan Nadse padanya tadi membuatnya kembali merasa takut.

Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya kala teringat nama Shani. Tapi apa itu? Dia sendiri bahkan tak tahu apa yang tengah dirasakan nya saat ini.

"Hhhh.."

Viny menangkupkan sepasang tangan di depan wajah. Entah kenapa hari ini menurutnya adalah hari yang membuat moodnya turun. Bukan ingin marah atau sejenisnya, melainkan ia hanya ingin lebih banyak diam dari sebelumnya.

Teman-teman nya pun dibuat bingung karna tingkah Viny yang tak seperti biasanya. Veranda yang berada tepat di sebelah kiri Viny hanya bisa menatap wajah sampingnya, begitu pula denga Kinal yang berada di sebelah kanan Viny.

"Vin?" Panggil Beby bersamaan dengan Shania. "Lo kenapa?" Sela Kinal. Ia memegang bahu Viny dengan menatap lekat lekuk wajah Viny. Gadis itu hanya menggeleng dengan senyuman tipisnya,

"Cerita sama kita. Kita sahabat kan?" Ucap Veranda

"Aku gak papa kak Ve."

"Kalau ada apa-apa cerita ya Vin. Kita siap bantu lo." Viny mengangguk lemah. Ia sedikit mendongakkan kepalanya menatap teman-teman nya secara bergantian diiringi dengan senyuman tipisnya, tak lama kemudian ia menunduk lagi.

"Thanks ya, guys."

Viny beranjak bangun. Ia berdiri menatap ke-empat teman nya. "Gue balik duluan ya.."

FIX YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang