FIX 24

1.2K 179 9
                                    

"G-gre.." gumam Viny tak percaya melihat pemandangan disebrang sana. Ia menggeleng kuat seiring dengan degup jantungnya yang semakin tak karuan.

"Vin.." panggil Shani pelan.

Tuuut--

Viny mematikan sambungan video call tersebut. Ia melompat kearah tempat tidur lalu menutupi wajahnya menggunakan bantal. Isak tangis keluar begitu saja dari mulutnya dengan sangat lirih.

Hatinya tersayat sedikit demi sedikit. Melebar seiring dengan luka yang tertinggal.

•••

H-1 Pulangnya Shani ke Jakarta.

Terlihat Gracia tengah membereskan barang-barangnya yang ia bawa ke Jogja itu. Pandangan nya tiba-tiba saja terjatuh pada Shani yang tengah melamun di Gazebo.

Hembusan napas kasar sesekali lolos dari bibirnya. Ada rasa tak enak mengingat semalam ia menganggu Shani dengan Viny. Padahal, ia sendiri tak tahu menahu tentang Shani yang katanya sedang Video Call-an dengan Viny.

Rasa senang memang ada saat sambungan Video itu terputus. Tetapi, rasa tak enaknya jauh lebih banyak dibandingkan rasa senangnya.

Ia membuka langkahnya dengan sangat pelan lalu duduk disamping Shani. Ia harus bisa!

"Ci.."

Shani masih tak mengalihkan pandangan nya. Ia masih terus memfokuskan pandangan nya kedepan sana. Tak peduli pada Gracia yang tengah memperhatikan wajah sampingnya.

Namun, tiba-tiba saja sebuah genggaman menyapa lembut tangan Shani. Gracia mencium lembut punggung tangan Shani beberapa kali, "Maafin aku."

"Kamu kenapasih?" Tanyanya pelan.

"Aku emangnya kenapa?"

Shani memejamkan matanya menahan sesuatu yang terasa sangat sesak. Dari mana ia harus mengatakan hal ini pada Gracia?

"Kamu harus lupain aku, Ge." Ucapnya dalam satu tarikan napas. Gracia tersenyum manis menatap Shani. Satu tangan nya ikut menggenggam tangan Shani, "Aku gak bisa, Ci. Cici tau kan? Seberapa banyak nya orang yang buat aku nyaman, cuma Cici tempat ternyaman aku."

"Tapi kamu harus tau kalo aku udah sama Viny."

"Tapi itu cuma taruhan kan?" Gracia akhirnya melepaskan genggaman tangan Shani. Pandangan nya mulai ia alihkan kearah lain. Sedangkan Shani hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan Gracia,

"Taruhan kamu bilang?" Tanya Shani.

"Bahkan Cici sendiri yang bilang kalau Cici itu cuma taruhan sama Kak Viny, apa Cici lupa?" Jelas Gracia.

Gadis disampingnya terdiam. Shani menatap lekat wajah samping Gracia. Detik berikutnya ia sadar, bahwa Gracia belum mengetahui hubungan nya dengan Viny.

"Kamu harus tau sesuatu. Bukan maksud aku buat nyakitin kamu, Gre. Hubungan aku sama Viny ada bukan karena taruhan, tapi karena kita berdua saling cinta. Mungkin kamu nilai hubungan aku sama dia itu karena taruhan, karena dari awal dia keliatan cuma main-main sama aku kan? Tapi kamu salah, Ge. Aku sama dia gak gitu. Kita saling cinta. Aku nyaman sama dia, aku sayang sama dia. Hati aku cuma ada buat dia, Gre." Jelas Shani. Gracia tertunduk lemah. Ia menjadi jauh lebih diam dari sebelumnya.

"Ge.." Shani menarik lembut wajah Gracia agar menolehnya kearanya. Ia tersenyum penuh harap pada gadis yang ada dihadapan nya, "Adik kecilnya aku gak boleh nunduk sedih gitu. Aku tau, aku salah. Aku minta maaf. Harusnya, aku bilang ini sama kamu dari awal. Kamu tetep adik kecil kesayangannya aku. Jangan berubah jadi orang lain cuma karena hal kayak gini. Mau maafin aku kan?" Gracia hanya mengangguk pasrah. Ia seolah habis terhipnotis oleh tatapan indah milik Shani. Detik berikutnya ia menarik Shani untuk masuk ke dalam dekapannya. "Maafin aku juga, Ci. Gara-gara aku, Cici sama kak Viny jadi berantem." Bisiknya.

FIX YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang