FIX 17

1.5K 192 21
                                    

Gadis cantik berparas bidadari ini kini tengah berjalan mengitari sebuah taman yang tak jauh jaraknya dari Mall disalah satu di Ibu Kota. Ini adalah ketiga kalinya ia pergi jalan hanya seorang diri tanpa ditemani oleh Gracia, Nadse dan juga Okta.

Pikiran nya tentang Viny masih terus berlanjut sampai saat ini. Nama Viny masih tertulis di hatinya, walau sebenarnya ia sudah berusaha membenci Viny.

Tapi, sebenci apapun dirinya pada Viny, hatinya akan selalu menuliskan nama Viny di puncaknya.

Shani masih setia berjalan tanpa arah dan juga tanpa tujuan. Hingga langkahnya kini mulai memasuki kawasan Mall. Ia tak sadar bahwa sedari tadi ada orang yang mengikuti langkahnya. Ia masih tak sadar bahwa kini dirinya tak lagi sendiri, melainkan ada orang lain yang tanpa diminta untuk menemaninya.

Ya, siapa lagi kalau bukan Viny?

Seorang gadis berambut sebahu yang kini sudah berjalan berdampingan dengan Shani.

Tangan kanan nya mulai menggenggam tangan kiri Shani. Ia masih berusaha mengontrol degup jantungnya yang selalu saja seperti ini jika bersentuhan dengan Shani.

Perlahan, Shani menoleh kesamping sebelah kiri. Ia tersentak kaget dengan refleks menjauhkan tubuhnya dari Viny. Namun sebuah genggaman kini harus menahan nya.

Tatapan Viny kini berubah menjadi sendu. Ia benar-benar merindukan kedekatan nya dengan Shani. Sudah lebih dari satu bulan Shani menghindarinya. Dan selama itu juga ia tak pernah lagi melihat senyum Shani.

"Indira.."

"Viny.." ucap Shani nyaris berbisik. Shani yang tersadar dengan tangan kirinya itu mulai memberontak agar terlepas dari genggaman itu. Namun Viny seolah tak memberikan peluang apapun. Tangan Shani mulai terhempas lemas kebawah. Ia menundukkan kepalanya tak ingin menatap Viny, "Lepas.." seru Shani.

Tak ada jawaban apapun dari Viny. Shani kini menghembuskan napas nya dengan kasar. Matanya terpejam menahan sebuah gejolak panas yang meminta untuk dikeluarkan. Amarah.

"Lepas, Vin." Lagi, Viny tak menggubris sedikitpun ucapan Shani. Ia malah semakin mempererat genggaman nya itu.

"GUE BILANG LEPAS!" Tegas Shani dengan suara yang nyaris saja berteriak. Ia benar-benar sadar dimana posisinya saat ini.

Perlahan, genggaman itu mulai merenggang. Shani mendongakkan sedikit kepalanya guna menatap Viny. Matanya berkaca-kaca. Dadanya naik-turun pertanda ia benar-benar merasa kesal. Air matanya tak lagi bisa dibendung. Dan dengan bodohnya, air mata itu sendiri jatuh tepat pada saat kedua bola matanya saling beradu pandang dengan gadis dihadapan nya, Viny.

Viny menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja masuk ke dalam dadanya ketika melihat tatapan Shani yang menyaratkan banyak luka di dalam nya. Ia merasa bodoh sudah menyakiti gadis di hadapan nya.

"Shan.. gu-- SHANI!" Teriak Viny ketika melihat Shani yang tiba-tiba saja berlari meninggalkan nya. Ia mengejar Shani hingga kini posisi mereka berada di luar Mall.

Langkah Viny terhenti ntah dimana. Ia menengok ke kiri dan ke kanan secara bergantian mencoba mencari Shani yang dengan cepatnya menghilang begitu saja. Hingga tatapan nya terhenti pada seorang gadis yang dengan cepat masuk ke dalam Taxi.

"SHANI!" Teriak Viny. Ia berlari mengejar taxi tersebut namun hasilnya nihil.

Viny menoleh kesebelah kiri mencari taxi. Tangan nya terulur guna menstop taxi yang mulai mendekat.

"Ikutin taxi yang di depan sana ya, Pak." Seru Viny.

Sang supir hanya mengangguk menuruti Viny. Ia lalu mulai mengikuti mobil taxi di depan nya.

FIX YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang