Sudah terhitung satu Minggu Shani berada di Jogja untuk mengikuti Lomba disana. Ia baru menjalani tiga lomba dalam satu minggu ini dan hasilnya pun harus menunggu sampai akhir bulan.
Gadis itu baru mengetahui satu hal. Ternyata, bukan hanya dirinya lah orang yang di tunjuk sebagai perwakilan sekolah, melainkan gadis lucu yang notabene-nya adalah adik kelasnya pun ikut di tunjuk untuk mewakili sekolah.
Shania Gracia.
Mereka berdua satu kamar sekarang ini. Menyewa tempat disalah satu penginapan di Yogyakarta.
Matahari mulai tenggelam. Meninggalkan sinar yang indah, yang dengan perlahan juga akan turut tenggelam. Shani duduk di gazebo memandang lurus ke depan sana. Jaket yang hanya ia simpan di bahunya perlahan mulai menutupi bagian tubuhnya. Ia merasakan dingin menyentuh kulitnya. Menusuk hingga hatinya.
Ia merindukan sosok Viny.
Kepalanya perlahan tertunduk enggan menatap kedepan sana. Hal lain yang ada dipikiran nya pun tak kunjung pergi. Gadis itu tak bisa melakukan apa-apa.
Mengingat bahwa Viny masih harus bolak-balik ke Rumah sakit untuk Lidya, dan hal itulah yang membuat mereka berdua jarang Contact-an.
Sret~
Sepasang tangan melingkar dengan rapih di leher jenjang Shani. Gadis itu tahu siapa pemilik tangan ini. Jantungnya bergemuruh hebat kala merasakan deru napas itu menyentuh telinganya. Mengapa harus dia?
Shani tak akan bisa menutupi perasaannya. Ia menyayangi gadis yang tengah memeluknya saat ini.
"Cici kenapa?" bisiknya tepat di telinga Shani.
"Ge.."
"Hmm?"
"A-aku.." ucapan Shani terhenti ketika merasakan sesuatu menyentuh lehernya. Ntah dorongan dari mana, Shani seakan ikut hanyut dalam hal ini. Kecupan di lehernya perlahan berganti menjadi sebuah hisapan. Dan Shani semakin menikmati hal itu.
"Aku kangen cici.." bisik Gracia dengan lembut. Ia menggigit leher jenjang Shani lalu mengecupnya selama beberapa kali.
Shani terus menahan degup jantungnya. Dalam pikiran nya, satu nama sudah terlintas disana. Siapa lagi kalau bukan Viny? Ia menggelengkan kepalanya pelan dengan setetes air mata yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi.
'Maafin aku.' Batin nya begitu lirih.
~
Shani terbangun dari tidurnya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Ia menoleh kesamping mendapati Gracia tengah tertidur sambil memeluk dirinya. Hembusan napas kasar lolos begitu saja dari mulutnya. Shani mendesah lemah seraya mengambil ponsel yang tergeletak diatas nakas. Ia mendial nomor seseorang lalu mulai menelepon nya.
Di lain tempat..
Viny yang pada awalnya masih tertidur diatas sofa mulai terbangun karena dering dari ponselnya yang menandakan ada sebuah panggilan masuk. Ia mengusap wajahnya dengan lembut lalu mengambil ponselnya yang sengaja ia simpan diatas meja dekat sofa.
"Halo?" Ucapnya dengan suara orang khas bangun tidur. Ia kembali menidurkan tubuhnya disofa lalu memejamkan matanya masih dengan ponsel yang tertempel di telinga sebelah kiri.
Tiba-tiba saja, sebuah suara mendarat mulus di telinganya,
"A-aku kangen kamu.." Lirih seorang gadis dari sebrang sana.
Mata Viny membulat sempurna mendengar suara dari sebrang sana. Suaranya amat sangat bergetar. Ia tahu siapa penelepon ini.
"Shani?" Gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU [END]
FanfictionFIX! Mereka berdua sudah tak lagi bisa untuk menghindari semuanya.