FIX 34

1.1K 154 10
                                    

Vivi menyimpan Vas bunga bermotif bunga di nakas tepat disamping televisi di ruang tamu. Ia kemudian beralih mengambil beberapa vas bunga kaca yang berisi air dan kembali menyimpan nya dimeja tepat ditengah-tengah sofa.

Setelah selesai melakukan tugasnya, ia duduk di sofa dan mengambil remote tv sambil bersandar.

"Capek gak bun?"

Vivi menoleh ke samping mendapati Shani telah duduk disebelahnya. Ia tersenyum tipis melihat anak satu-satunya itu menyandarkan kepalanya di bahu miliknya. Ada rasa tak tega saat Shani berada di dekatnya.

"Kak?"

"Iya bun?"

"Maafin bunda ya?"

Shani kembali menegakkan tubuhnya. Ia sedikit menyerongkan badan nya lalu menatap wajah samping Vivi dengan kedua mata menyipit, "Buat?"

"Semuanya." Jawab Vivi.

"Bunda gak salah," senyum Shani. Ia menggapai sepasang tangan Vivi lalu ia simpan di kedua pipinya, "Anak bunda ini yang udah jelas salah." Lanjut ucap Shani.

Keduanya kini terdiam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Vivi mengusap lembut rambut Shani dan mengecup sekilas kening Shani. Hatinya menghangat saat itu juga. Pasalnya, sudah lama ia tak diperlakukan seperti ini oleh Vivi semenjak Ibu nya itu disibuki oleh pekerjaan nya.

***

Ceklek!

Seorang gadis berambut sebahu masuk ke dalam ruangan kerja Ayahnya dengan wajah ditekuk. Ia kemudian duduk disofa dengan posisi merebahkan diri tanpa perduli pada Ayahnya yang masih terlihat sibuk itu.

Perlahan, Keenan menutup map-map yang sedari tadi ia baca, lalu beranjak bangun mendekati Viny. Besok adalah puncaknya, dan ia tahu, ia tidak boleh merasa lelah sedikit pun. Saat Keenan duduk disamping Viny, tiba-tiba saja ponselnya yang berada di atas meja bergetar pertanda panggilan masuk.

"Sebentar ya,"

"Selalu begitu." gumam Viny lalu memejamkan matanya.

10 menit kemudian

Keenan kembali duduk disamping Viny. Ia tersenyum tipis melihat anaknya itu masih setia memejamkan matanya. Entah mengapa, hatinya merasa sedikit lega saat melihat wajah sang anak. Sudah lama juga ia tidak melihat Viny mengunjungi ruangan kerja nya ini. Tanpa sadar, tangan Keenan bergerak mengusap lembut rambut Viny. Ia mencium pelan kening Viny, menikmati kehangatan yang telah sekian lama menghilang pasca Ibu kandung Viny meninggal.

"Ayah,"

"Iya sayang?"

Kepala Viny mendongak menatap wajah Ayahnya yang berada tepat di atas kepalanya, "Apa Ayah bahagia?"

"Sangat— bahagia." Keenan tersenyum lalu kembali mencium lembut rambut Viny. Sedangkan gadis itu hanya mengukir senyum tipis disudut bibirnya.

"Ada apa kamu tiba-tiba tanya Ayah bahagia hmm?" tanya Keenan. Viny menarik napas panjang lalu dihembuskan secara perlahan. Ia sedikit menarik sepasang tangan Ayahnya untuk memeluk tubuhnya.

Dalam hati, Viny tersenyum senang saat Ayahnya kembali memanjakan nya layaknya anak kecil.

Gadis itu memejamkan matanya perlahan menikmati hangatnya dekapan ini, "Aku punya satu keinginan terakhir sebelum Ayah menikah,"

"Apa?"

"Tetap cintai Ibu, bagaimana pun itu kondisinya." Bisik Viny.

Keenan terdiam mematung mendengar ucapan anak nya itu. Bagaimana bisa ia menikah tanpa mencintai orang yang ia nikahi? Jika cintanya hanya untuk istri nya yang sudah tiada? Keenan terus memikirkan hal itu. Keinginan Viny membuatnya harus berpikir keras. Bagaimana pun juga, Viny anak kesayangan nya. Dan jika ia tidak menuruti ucapan Viny, anaknya pasti akan berlaku hal yang berbeda lagi dihadapan nya.

FIX YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang