Malam ini, mungkin bisa menjadi malam terbaik, terindah, ternyaman untuk Viny. Malam yang dimana ia bisa membayar semua rasa rindunya pada Shani. Seperti yang Shani katakan pada ART dirumah Viny, bahwa ia akan menginap disini, ditempat sang kekasih.
Mereka berdua, lebih tepatnya Viny dan Shani, tengah menikmati indahnya langit malam yang ditaburi banyak bintang. Kilauan cahaya yang bintang pancarkan sama persis dengan cahaya yang bersinar terang dihati mereka berdua.
Angin malam mulai menusuk ke setiap pori-pori kulit. Shani yang hanya mengenakkan pakaian yang berlengan pendek hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Viny pun beranjak bangun, mengambil sesuatu didalam sana.
"Kalo udah kayak gini, kamu gak akan kedinginan lagi." Ucap Viny pelan seraya kembali duduk disamping Shani setelah ia menutupi tubuh Shani dengan selimut yang ia ambil dari dalam kamar. Shani hanya tersenyum tipis lalu mengangguk. Ia menatap wajah samping Viny dengan begitu lekat, hatinya menghangat seketika. Detik berikutnya, tangannya terangkat dan menarik sedikit selimut yang ia kenakkan lalu diturunkan tepat dibahu Viny guna menutupi tubuh Viny juga
"Kalo udah kayak gini, kamu gak akan ikut kedinginan juga." Senyum Shani lalu mulai menyandarkan kepalanya dibahu Viny. Gadis disampingnya mengangguk. Ia lalu melingkarkan tangannya pada lengan Shani dann mengusap lembut punggung tangan Shani dengan ibu jarinya.
"Ada beberapa hal yang mau aku bilang ke kamu.." seru Viny
"Apa?"
Viny menarik kedua sudut bibirnya keatas, "Yang pertama, aku mau bilang kalau aku kangen banget sama kamu. Yang kedua, aku mau nyampaiin isi hati aku, kalau aku semakin jatuh cinta sama kamu. Yang ketiga, aku mau ngomong kalau aku.." Viny menghentikkan ucapan nya lalu menatap wajah Shani yang berada tepat disampingnya, "Sini liat aku." Ucap Viny. Shani hanya menuruti ucapan sang kekasih. Ia mulai menegakkan tubuhnya lalu menatap Viny. Tak ada kata yang bisa menggambarkan seluruh kebahagiaannya kala bersama Viny. Ia lebih memilih diam dan diam menunggu apa yang akan Viny lakukan. Viny menarik napas dalam sebelum akhirnya mulai mendekatkan wajahnya pada Shani. Hingga sebuah ciuman mendarat dengan lembut dikening Shani selama beberapa detik.
"Yang ketiga, aku mau ngomong kalau aku gak akan pernah rela ngeliat kamu pergi lagi, baik itu tugas sekolah maupun pribadi. Aku gak sanggup jalanin hari-hari aku tanpa kamu disamping aku. Kamu tau rasanya? Rasanya itu hampa.." ucap Viny setelah ia melepaskan ciumannya dikening Shani
"Hampa?"
Viny mengangguk lemah, ia tersenyum tipis menatap gadisnya, "Bagaikan langit malam tanpa bintang dan bulan, itu gelap. Bagaikan ruangan besar tanpa ada satu barang pun yang mengisi, itu kosong. Dan bagaikan angin tanpa adanya pepohonan, itu sunyi. Itu yang aku rasain selama gak ada kamu disamping aku." Kembali ucapnya.
Shani hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Viny. Ia menggenggam erat sepasang tangan Viny, "Selama aku disana, aku gak tau apa kamu bahagia disini atau gak. Aku selalu mikirin, apa kamu baik-baik aja disini atau gak. Bahkan, aku pernah berpikir, apa kamu bisa jaga hati kamu buat aku selama aku disana? Aku yakin kamu bisa. Dan aku percaya itu. Aku selalu berharap akan satu hal disana.." Shani menghentikam ucapan nya lalu menatap Viny dengan begitu dalam, "Kamu tau itu apa?"
Viny menaikkan sebelah alisnya, "Apa?".
"Aku ingin pulang membawa kebahagiaan yang aku dapatkan disana." Jelas Shani
"Oya? Terus?"
"Iya, lalu kebahagiaan itu akan aku kasih ke kamu."
"Kenapa gitu?" Tanya Viny
"Karena kebahagiaan aku adalah kebahagiaan kamu juga. Begitu juga sebaliknya." Senyumnya. Viny tersenyum manis lalu mengangguk mantap, "Mau peluk gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU [END]
FanfictionFIX! Mereka berdua sudah tak lagi bisa untuk menghindari semuanya.