Last Day
"Shania.."
"Oitt?" Shania menoleh kesamping, mendapati Shani yang sudah duduk dikursi kosong disampingnya. Ia sempat terdiam sebelumnya akhirnya mulai angkat bicara, "Ada apa Shan? Tumben banget."
"Gapapa sih." Seru Shani.
"Masa?"
Shani mengangguk pelan, "Gue mau tanya.."
"Yaudah, tanya aja."
Terlihat Shani yang memainkan ujung seragam nya. Kepalanya tertunduk. Mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba saja bergemuruh,
Bukan. Bukan karna apa-apa. Melainkan ia hanya merasa ragu untuk bertanya pada Shania sendiri.
"Viny kenapa sih?" Tanyanya walau masih Mencoba untuk memberanikan diri.
"Hah? Kenapa apanya?"
"Mm.."
Shania mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa?"
"Kemarin dia nembak gue. Tapi.." Seru Shani nyaris berbisik. Sedangkan gadis disampingnya tengah menahan tawanya.
"Oya? Tapi apa?" Tanya Shania heran.
"Dia bilang ka--"
"Ci shani," Teriak seorang gadis dari ambang pintu kelas. Tatapan nya ia jatuhkan pada gadis itu, "Bentar ya, Shan." Seru Shani seraya pergi meninggalkan Shania.
Sedangkan itu, Shania terus menahan dirinya untuk tidak tertawa. Bagaimana bisa Viny menanggapi semua keinginan ke-empat temannya dengan seserius itu?
Shania menggeleng pelan. Dan kembali mengalihkan pandangan nya pada ponsel yang ia simpan diatas meja.
"Ci, dipanggil kak Melody." Ucap Okta,
"Oh, dimana?"
"Dibawah ci. Di perpustakaan kalau ga salah." Okta dibuat bingung oleh Shani yang sedari tadi memandang lurus kedepan, "Ci? Liatin apa sih?" Tanya Okta.
Shani mengerjap beberapa kali sebelum benar-benar menatap Okta, "Bareng ya ta.." pinta Shani,
"Ih aku ga ikut ke perpus ci. Aku mau ke ruang osis dulu."
"Mmm, gitu ya?"
Okta mengangguk pelan.
"Kalau mau, cici bareng sama kak Viny aja."
Kembali Shani terdiam mendengar nama Viny. Ada rasa bersalah ketika ia menolak Viny kemarin sore. Tapi hatinya tetap saja tak ingin menerima Viny,
Baginya, menjalani hubungan dengan setengah hati itu sangat sulit dan menyakitkan.
"Gapapa deh. Aku sendiri aja. Makasih ya Ta." Okta mengangguk, "Yaudah, aku duluan ya ci."
"Hmm."
Shani terdiam beberapa saat. Ia melirik sekilas pada jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan nya.
Sudah pukul sebelas siang. Berarti sudah memasuki jam pelajaran sejarah. Dan Shani sangat tidak menyukai pelajaran itu,
Ia menghembuskan napas kasar dan mulai melangkah pergi menuju perpus.
Ketika ia turun menuruni anak tangga, langkah kakinya tiba-tiba saja terhenti. Bola Matanya menangkap Viny yang tengah berjalan dan sesekali bersenandung pelan,
Dirinya enggan untuk mendekati Viny. Ia mencoba untuk bersikap biasa saja. Dan melewati Viny tanpa mengucapkan sepatah kata pun,
"Shani Indira.."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU [END]
أدب الهواةFIX! Mereka berdua sudah tak lagi bisa untuk menghindari semuanya.