Sienna keluar dari lift yang membawanya menuju lantai delapan belas. Lantai dimana ruang kerjanya berada. Wajahnya terlihat begitu sumringah, dengan senyum yang melekat di bibir mungilnya.
"Selamat pagi," sapanya ramah saat melihat Niken yang sudah duduk di balik mejanya.
Senyum Niken merekah, "Pagi, kau baru datang?" jawabnya dengan tak kalah ramah.
Sienna memberikan anggukan sembari bergumam, "Aku keruanganku dulu," ucapnya lalu meninggalkan Niken yang menjawabnya dengan anggukan.
Sienna memasuki ruangan yang ada di ujung lorong, dengan pintu besar berwarna kelabu gelap. Dia langsung membukanya tanpa terlebih dulu mengetuknya, "Astaga," kagetnya saat melihat Calvin sudah bersandar di depan mejanya setengah duduk, dengan kedua tangan disilangkan.
Sienna memasuki ruangan itu pelan, sembari menutup kembali pintu yang masih dipegangnya.
"Selamat pagi, Sir." sapanya kikuk. Sungguh, dia tidak berpikir jika Calvin sudah datang sepagi ini. Namun, melihat lelaki itu sudah berdiri disana membuatnya merasa lega karena sepertinya lelaki itu sudah benar-benar sembuh dari sakitnya.
Calvin menegakan badannya, berjalan menghampiri wanita yang semakin mengekerut di tempatnya. Dia berhenti tepat di depan wanita itu, lalu sedikit membungkukan badannya. Menatap wajah Sienna lebih dekat. Wanita itu semakin tertunduk ketakutan.
"Apa kau bisa tidur nyenyak semalam?"
Pertanyaan aneh Calvin berhasil mengangkat wajah Sienna. Wanita itu benar-benar terkejut menatap wajah Calvin yang ada di depannya, begitu dekat. Namun seketika rasa takutnya perlahan mulai hilang. Ditatapnya wajah Calvin, lekat. Entah mengapa lelaki ini semakin terlihat berbeda setiap kali dia menatapnya dengan intens seperti ini. Wajahnya terlihat lebih cerah dari sebelumnya. Lebih beraura dan... Tampan.
Seketika wajah Sienna merona. Calvin mengernyit, "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya yang membuat Sienna terhenyak salah tingkah.
Wanita itu tergeragap, "Saya permisi dulu," pamitnya. Segera dia memutar tubuhnya namun secepat kilat Calvin mencekal lengannya. Menariknya dengan kuat, hingga tubuh Sienna membentur dada bidang miliknya.
Sienna membulatkan matanya, saat Calvin memeluknya sangat erat. Sienna terkejut, luar biasa. Sienna membeku, namun dengan segera dia berusaha melepaskan dirinya saat otaknya sudah mulai bekerja. "Lepaskan Sir," rontanya sembari mendorong tubuh Calvin menjauh.
Calvin tertegun sejenak lantas melangkah menjauh dan kembali duduk di kursinya, menyisakan Sienna yang masih diam di tempatnya. Wanita itu menatap Calvin yang seakan merasa gugup. Dahi Sienna berkerut, lantas perlahan dia melangkah menuju kursinya. Mendudukan bokongnya, dengan mata tak lepas dari lelaki yang mendadak terlihat begitu sibuk.
***
Sienna membereskan beberapa kertas di mejanya, menumpuknya menjadi satu dan meletakannya dengan rapi di pinggir. Matanya melirik Calvin yang sibuk dengan kertas-kertasnya. Sungguh, Sienna sangat bingung dengan tingkah lelaki itu. Sedari tadi lelaki itu bahkan tidak mengeluarkan satu kata pun. Meliriknya sekilas saja sepertinya enggan. Apa mungkin Calvin marah atas sikapnya tadi? Pikirnya.
Sienna berdehem kecil mencoba menarik perhatian Calvin. Namun nihil, lelaki itu bergeming sama sekali, matanya tetap tidak beralih dari berkas di hadapannya.
Sienna terlihat semakin bingung, "Mister tidak makan siang?" tanyanya.
"Kau duluan saja," jawab Calvin tanpa mengalihkan matanya.
Dahi Sienna berkerut, "Saya permisi dulu," sahut Sienna menahan kebingungannya. Sepertinya lelaki itu memang sedang marah padanya. Dia beranjak, melangkah meninggalkan ruangan itu. Sienna menoleh sejenak pintu di belakangnya, sebelum benar-benar melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Of Love ✔
Romance[C O M P L E T E] Konten (18+) -------------------------------------------------- "Bijak-bijaklah dalam memilih bacaan, karena hal itu ikut andil dalam pembentukan karakter anda." ~Niu Aster~ Terimakasih untuk yang sudah menghargai karyaku. ?? ...