Setelah menunggu beberapa saat, hidangan yang mereka pesan sudah tersaji di atas meja. Dua porsi beef steak, dengan orange juice dan satu gelas ocean blue. Tampak menggiurkan dengan aroma yang menguar tajam.
Sienna mulai menyuapkan satu potong kecil beef steak miliknya ke dalam mulut. "Hem.. Beef steak di sini memang selalu menjadi yang terbaik," pujinya.
Sienna mengangkat pandangannya, mata hazel meneduhkan miliknya beralih pada Rey yang tampak tengah larut dalam pemikirannya.
"Rey," panggilnya lembut.
Terhenyak, Rey segera mengangkat pandangannya. "Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Senyum Rey mengulum. Dia menggelengkan kepalanya, "Tidak ada. Hanya masalah kantor yang belum terselesaikan," kilahnya.
"Kau jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, Rey. Aku tahu selama ini kau sudah bekerja keras untuk memajukan perusahaan keluargamu. Jadi, kau juga jangan sampai melupakan kesehatanmu. Kau tidak harus melulu memikirkan pekerjaan, sesekali kau juga harus memikirkan dirimu sendiri."
Senyum Sienna mengembang, begitu menawan di wajah cantiknya. Mata mereka saling bertemu. Bertatapan dengan begitu intens. Seakan mereka saling mengungkapkan perasaan masing-masing melalui sebuah tatapan.
"Sienna," panggil Rey lirih dengan mata masih menatap lekat wanita di depannya.
Sienna terdiam, menunggu lelaki di depannya melanjutkan kata-kata yang akan keluar dari mulutnya. Terlihat Rey menarik napasnya sesaat, sebelum sebelah tangannya merogoh sesuatu dari balik jasnya.
Jantung Sienna berdebar hebat, menunggu sesuatu yang akan keluar dari balik jas Rey. Pemikirannya melayang, apakah itu sebuah cincin? Wajah Sienna merona. Jantungnya benar-benar sudah tidak terkendali untuk saat ini.
Sekali lagi, napas Rey tercekat. Dia meletakkan sebuah kotak beludru kecil berwarna ungu di depan wanita itu. Benar-benar membuat Sienna terpaku, dengan mata membelalak sempurna.
"Rey," cicitnya. Dia mengangkat matanya, menatap Rey yang terlihat begitu murung.
Kening Sienna berkerut, dengan gemetar dia memberanikan diri membuka kontak beludru kecil yang disodorkan di depannya.
Betapa terkejutnya Sienna saat sebuah cincin bertengger manis di sana. Bukan senyuman yang terlihat di wajah cantiknya, melainkan kebingungan terhadap lelaki di depannya. Kembali Sienna menatap Rey, tatapannya begitu penuh pertanyaan pada lelaki di depannya.
***
Flashback on....
"Sienna!" seruan seorang lelaki mengalihkan mata Sienna dari buku yang sedang dibacanya.
Matanya beralih menatap lelaki yang tengah berlari ke arahnya. Dengan bola basket di tangannya dan peluh yang bercucuran. Begitu tampan dan bersinar. Lelaki itu berdiri di depannya, napasnya tersengal dengan senyum menawan yang menampakkan deretan gigi putihnya yang rapi.
"Apa kau sudah selesai?" ucap wanita cantik itu sembari menutup buku yang sedari tadi dibacanya.
Senyum Rey semakin mengembang. Diacaknya pelan puncak kepala wanita yang tengah mengerucutkan bibir itu.
"Rey," pekiknya sembari menepis tangan lelaki itu, lantas merapikan rambutnya yang berantakkan.
"Maaf sudah membuatmu menunggu lama. Aku terlalu asik bermain sampai lupa waktu," sesalnya.
"Kau selalu seperti itu. Kau bahkan lebih mementingkan basket daripada aku," kesalnya yang membuat Rey semakin melebarkan senyumnya yang menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Of Love ✔
Romance[C O M P L E T E] Konten (18+) -------------------------------------------------- "Bijak-bijaklah dalam memilih bacaan, karena hal itu ikut andil dalam pembentukan karakter anda." ~Niu Aster~ Terimakasih untuk yang sudah menghargai karyaku. ?? ...