Calvin melirik jam di pergelangan tangannya. Mengapa begitu lama sekali? Pikirnya tidak sabar. Sudah hampir dua puluh menitan dia menunggu, namun Sienna belum juga keluar.
Bunyi high heel yang beradu dengan lantai mengangkat pandangannya. Matanya menyusuri setiap inci wanita yang berdiri di depannya. High heel berwarna emas tampak pas di kaki jenjangnya. Gaun berwarna senada menjuntai hingga ke lantai, begitu cantik dikenakan Sienna.
Senyum Calvin terangkat sebelah, "Pilihan yang lumayan," pujinya.
Sienna terlihat merona. Sungguh, dia tidak mampu menyembunyikan malunya saat mendengar pujian Calvin. "Baiklah, kita ambil yang ini," kata Calvin pada pelayan di sebelah Sienna.
"Mari, biar saya antar ke kasir."
Calvin melangkah mengikuti pelayan itu, sebelum dia berhenti di samping Sienna. "Kau terlihat cantik, Sienna," bisiknya tepat di telinga Sienna. Lantas lelaki itu kembali melangkah dengan senyum merekah di bibirnya.
Sienna membeku sejenak. Wajahnya benar-benar panas, terasa hampir meledak. Astaga, dia tidak mengerti dengan dirinya. Mengapa dia sangat menyukai Calvin ketika memujinya? Perasaan yang seharusnya tidak boleh dia rasakan. Apa mungkin karena dia sudah terlalu lama tidak merasakan perlakuan manis dari seorang lelaki?
***
Calvin memarkirkan mobilnya, terlihat begitu ramai. Dia keluar terlebih dulu, lantas membukakan pintu untuk wanita yang dibawanya. Diulurkannya tangannya membuat wanita itu menatapnya bingung.
"Apa kau akan terus terdiam disitu?" ujar Calvin menyadarkan Sienna.
Wanita itu terhenyak. Segera dia meraih jemari Calvin, "Sebenarnya kita mau kemana?" tanyanya bingung.
"Kau akan mengetahuinya nanti," sahut Calvin datar. Lalu melangkah terlebih dulu meninggalkan Sienna yang masih terdiam di tempatnya. Sejurus kemudian dia melangkahkan kakinya mengekor di belakang Calvin.
Suara hiruk piruk mulai terdengar tatkala mereka keluar dari lift yang membawanya menuju lantai tujuannya. Calvin menyodorkan lengannya, dengan bingung Sienna mengamitkan tangannya. "Tersenyumlah, sekarang kau adalah pasanganku," ucap Calvin dalam. Matanya menatap mata Sienna dengan penuh arti.
Beku, Sienna hanya terdiam untuk beberapa saat. Membiarkan kata-kata Calvin menjalar ke dalam hatinya, menghantarkan perasaan yang begitu aneh. Sienna dapat merasakan kehangatan sekaligus pesan tersirat yang Calvin lemparkan untuknya.
"Ayo," lanjut Calvin memecah keterbekuan mereka. Dengan gugup Sienna melangkahkan kakinya memasuki ballroom yang begitu mewah itu.
Disana telah berkumpul begitu banyak orang. Seketika semua tatapan beralih ketika mereka memasuki ruangan. Sungguh, mereka terlihat sebagai pasangan yang begitu sempurna. Setelan tuxedo hitam tampak begitu pas di tubuh atletis Calvin. Rambut yang tersisir rapi menambah ketampanannya berkali lipat. Tak hanya Calvin, Sienna pun tampak begitu cantik dengan gaun tanpa lengan berwarna emas dengan tali spageti di kedua pundaknya. Riasan yang tidak terlalu tebal dengan tatanan rambut di kesampingkan, begitu cantik. Luar biasa.
Mereka semakin menembus keramaian menuju sebuah meja. "Tuan Calvin," sapa seseorang dengan ramah, yang dijawab anggukan dan senyum oleh Calvin.
Calvin menatap kerumunan itu, sejurus kemudian dia membawa Sienna bergabung disana. Sungguh, disini Sienna benar-benar merasa bosan. Pembicaraan mereka sama sekali tidak Sienna mengerti. Dia hanya diam, dengan sesekali ikut tersenyum tanpa tahu alasannya. Tak lupa, dia pun diam-diam mencuri pandang Calvin yang berada di sampingnya. Mengagumi penampilan Calvin yang luar biasa tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Of Love ✔
Romance[C O M P L E T E] Konten (18+) -------------------------------------------------- "Bijak-bijaklah dalam memilih bacaan, karena hal itu ikut andil dalam pembentukan karakter anda." ~Niu Aster~ Terimakasih untuk yang sudah menghargai karyaku. ?? ...