Calvin mengacak rambutnya. Kenapa dia selalu membuat kesan yang begitu buruk kepada Sienna? Bukankah dia menginginkan wanita itu?
Sekali lagi Calvin mengacak rambutnya kasar. Semuanya berantakan karena sifatnya, andai dia tidak terpancing emosi dan tetap pada rencana awalnya. Mungkin akan lebih mudah. Namun sayang, sifatnya yang yang mudah terpancing emosi membuat semuanya hancur. Wanita itu akan selalu menganggapnya sebagai lelaki brengsek. Yah.. Meski tidak bisa dipungkiri jika Calvin memang brengsek. Terserah! Calvin tidak peduli lagi, sekarang dia harus mencari cara lain untuk mendapatkan wanita itu.
Sienna bersandar pada dinding lift yang membawanya dari ruangan terkutuk itu. Meski dia sudah berusah menormalkan perasaannya namun kakinya masih terasa gemetar karena rasa syok yang luar biasa. Bunyi 'Ting' yang menandakan lift telah tiba dilantai tujuannya pun segera menyadarkannya. Sienna segera keluar setelah lift terbuka.
Sienna menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Diedarkannya pandangan pada beberapa karyawan yang mulai kembali ke kantor setelah waktu istirahat. Segera, Sienna kembali ke kursinya.
***
Sienna berdiri di depan kantor menatap kanan-kiri. Sudah hampir satu jam dia menunggu disini. Namun seseorang yang ditunggunya tak kunjung menunjukan batang hidungnya. Kembali diliriknya arloji yang melingkar manis di lengannya. Hampir pukul tujuh malam.
Sienna mendesah. Diambilnya ponsel yang ada di dalam tas jinjing hitamnya. Dia tampak mencari nomor seseorang lalu menekan tombol panggil setelah menemukannya. Lama dia menunggu namun sepertinya tidak ada jawaban dari seberang. Tidak patah semangat Sienna kembali menghubungi nomor tujuannya namun hal yang sama kembali terjadi.
Lagi, Sienna mencobanya untuk yang kesekian kalinya. Dan kali ini panggilannya terjawab, senyum di bibirnya merekah. "Hal-" sapanya terhenti saat suara dari seberang memotong ucapannya.
"Aku sedang sibuk, Sienna! Tidak bisakah kau tidak menggangguku?!" bentak suara dari seberang.
Sienna mengerut, merasa terkejut sekaligus takut. "Maafkan aku Rey. Aku hanya-"
"Aku tidak bisa menjemputmu. Kau bisa pulang sendiri kan?" kata lelaki bernama Rey itu.
Meski menyakitkan Sienna menjawab, "Ah iya. Tidak apa-apa, aku bisa pulang sendir-"
Tut... Tut... Tut...
Belum sempat Sienna menyelesaikan ucapannya. Panggilan sudah terputus. Diturunkan ponsel yang menempel di telinganya dengan desahan dari mulutnya. Selalu saja sama, Rey -kekasihnya- selalu saja bersikap tak acuh bahkan terkesan kasar padanya.
Sienna mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh dari pelupuk matanya. Rasanya sangat menyakitkan diperlakukan seperti ini oleh orang yang dicintainya. Namun Sienna juga tidak bisa melepaskan Rey. Dia terlalu mencintai lelaki itu. Ditambah lagi lima tahun kenangan mereka akan sangat sulit untuk dilupakan.
Dengan berat hati Sienna melangkahkan kakinya. Baru dua langkah dia beranjak sebuah mobil sport putih berhenti di depannya. Sienna menunggu sang empu yang akan keluar dari mobilnya. Perasaan cemas kembali tersirat di wajahnya saat melihat siapa yang kini berjalan mendekatinya dengan gaya arogannya.
"Kenapa kau masih disini?" tanya Calvin bingung.
Sienna menatap kanan-kiri yang tampak sepi. Bagaimana pun masih teringat jelas bagaimana perlakuan Calvin tadi siang padanya. Sienna tidak bisa menjamin hal itu tidak akan terulang lagi. Dia hanya perlu berjaga-jaga.
Calvin menaikan sebelah alisnya, "Apa yang kau lakukan?" tanyanya bingung.
"Mencari bantuan," kata Sienna masih fokus dengan kegiatan mengedarkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passion Of Love ✔
Romance[C O M P L E T E] Konten (18+) -------------------------------------------------- "Bijak-bijaklah dalam memilih bacaan, karena hal itu ikut andil dalam pembentukan karakter anda." ~Niu Aster~ Terimakasih untuk yang sudah menghargai karyaku. ?? ...