Passion Of Love | 9

51.4K 2.4K 20
                                    

Pandangan mereka saling terkunci. Beberapa saat membiarkan diri menyelami sudut mata masing-masing. Merasakan sesuatu yang aneh tumbuh dan menggetarkan jiwa mereka. Sungguh, perasaan aneh macam apa ini?

"Apa sekarang kau seperti sedang menawarkan diri kepadaku?" Calvin mencoba menguraikan suasana aneh yang menyergap hatinya.

Sienna tergeragap. "Maksudmu?" tanyanya bingung.

Calvin mendekatkan wajahnya, senyum menjengkelkan mulai kembali menghiasi wajah tampannya. "Kau tahu maksudku, Sienna," kata Calvin.

Sienna mendengus, "Aku benar sedang bersungguh-sungguh saat ini Calvin. Berhentilah bersikap pura-pura seperti ini. Aku tahu, kau hanya ingin mengalihkan pembicaraan. Sampai kapan kau akan terus seperti ini-"

"Berhentilah ikut campur kehidupanku," potong Calvin tajam. Matanya menyipit menatap Sienna di bawah cahaya tamaram.

Sienna membeku. "Kau bukanlah siapa-siapa, Sienna. Jadi berhentilah bersikap seolah kau tahu segalanya," tekan Calvin. Dia bangkit berdiri. "Hari ini kau bisa pulang naik taksi. Aku janji pasti akan membalasmu nanti," ucapnya lantas membalikan badan meninggalkan Sienna yang mematung.

Kau bukanlah siapa-siapa. Entah mengapa kalimat itu terus berputar di kepala Sienna. Seharusnya dia sadar jika dia memang bukanlah siapa-siapa. Namun, rasanya begitu menyesakan saat Calvin mengatakannya.

Tidak! Dia harus sadar jika itu memang benar. Calvin tidak salah mengatakannya jika dia memang bukanlah siapa-siapa. Bukankah tadi dia juga sudah mengingatkan dirinya?

Sadarlah Sienna! Sadar! Makinya pada dirinya sendiri.

Sienna menatap punggung Calvin yang melangkah dengan lebar menjauh dari tempatnya. Sungguh, hati Sienna benar-benar merasa sesak saat ini. Ada sisi lain dalam dirinya yang berharap Calvin akan berbalik badan dan kembali padanya. Namun, harapan hanya tinggal harapan. Kini bahkan sosok Calvin sudah hilang ditelan kegelapan.

Sienna menghela napasnya. Kembali pandangannya beralih pada rembulan yang benar-benar sudah tertutup mendung sepenuhnya.

"Bulan, saat ini aku benar-benar bingung pada perasaanku," ucapnya pada sang rembulan yang hanya menatapnya dari atas sana.

***

Calvin masuk ke dalam mobilnya, membanting keras pintu yang dipegangnya. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kemudi dengan kasar. Sungguh, dia merasa sangat kesal saat ini.

Bukan pada Sienna, namun lebih kepada dirinya sendiri. Semua yang dikatakan Sienna benar. Dia hanya selalu bersembunyi di balik topeng dinginnya. Ingin, sungguh Calvin sangat ingin melepas topengnya. Namun dia tidak tahu, bagaimana dia harus memulainya. Bagian mana dari lukanya yang ingin dia bagi.

Karena jauh di dalam sana ada begitu banyak luka yang Calvin sembunyikan. Dan sekali lagi, sungguh Calvin tidak ingin menarik seseorang untuk tenggelam ke dalam kegelapan bersamanya. Dia takut, Sienna tidak lagi bisa merasa sebebas ini saat sudah ikut terjatuh bersamanya.

Suara rintik hujan yang mulai jatuh menerpa kaca mobilnya menyentak Calvin kembali ke alam nyata. Dia mengumpat. Pikirannya kembali pada Sienna yang masih duduk disana tadi.

Apakah wanita itu sudah pulang? Pikirnya.

Lagi-lagi Calvin mengumpat pada dirinya sendiri. Dia tidak membawa payung. Matanya menatap jauh ke dalam taman. Nampak hujan yang turun dengan cukup deras membuat beberapa orang berlarian untuk mencari tempat berteduh.

Calvin mendesah. Semoga wanita itu mendapat tempat berteduh atau mungkin sudah pulang. Batinnya.

***

Passion Of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang