⚫⚫⚫
“HAHAHA!!” Tawa Zoya berderai sangat kencang begitu Lucie menceritakan siapa di balik penelepon misteriusnya. Termasuk kronologis kejadian tadi siang saat bertemu si penelepon tersebut.
“Apanya yang lucu, sih!” Lucie bersungut-sungut. Menurutnya, hal itu sangat memuakkan. Tentu dia tidak berniat untuk mengingat-ingat kejadian tersebut.
“Eh, lucu kali!” sanggah Zoya. Bahkan dia sampai mengeluarkan air mata karena tertawa. “Lo seharian kayak orang mau mati. Begitu lo tahu siapa ‘orang ini’, huh, harusnya gue lihat muka norak lo pas kaget waktu itu!”
“Bangke!” Lucie melemparkan bantalnya ke arah Zoya yang tengah kutekan tak jauh dari posisinya. Alih-alih mengenai muka, lemparkan itu nyaris mengenai kutek Zoya kalau saja cewek itu tidak sigap menangkap bantalnya. Sebagai balasannya, Zoya melemparkan pelototan sadis.
“Sialan ya lo!” umpat Zoya.
“Emang,” balas Lucie tak acuh.
“Mentang-mentang abis dimodusin cowok. Songong abis.”
“Nggak ada secercah kebanggaan dalam diri gue.”
Kekesalan Zoya hanya berlangsung sebentar, karena setelahnya, senyum jail mulai menghiasi wajahnya. “Bener?” Ia menaik-turunkan alisnya. “Secara, yang modusin lo cakep loh. Adipati Dolken! Gimana tuh?”
“KW doang apa bagusnya?”
“Tapi Sargas lawak bener loh, Lu. Dia juga baik orangnya. Terpenting, dia nggak suka mainin cewek.”
Lucie mengerang sambil mengibaskan tangannya. “Daripada lo ngoceh tentang Sargas, kenapa nggak mendingan lo aja yang jadian sama tuh cowok?”
“Sayangnya gue nggak doyan dibilang makan temen sendiri.”
🚀🚀🚀
“Tuh lihat!”Zoya mengalihkan pandangannya dari mangkuk mie ayam miliknya. Mengikuti arah pandang Lucie yang mengarah pada sosok Sargas dan beberapa cowok lain tengah bernyanyi di pojokan kantin. Diiringi gitar yang Sargas mainkan.
“Heran gue, peraturan sekolah kan ngelarang untuk bawa alat musik. Terus dapat dari mana coba gitarnya?” sungut Lucie.
Zoya memutar bola matanya. “Apa fungsi Ibu Kantin kalau nggak bisa dimanfaatin buat penitipan barang.”
Lucie menoleh sambil membesarkan matanya. “Serius?”
“Uh-huh.”
Lucie menggeleng-gelengkan kepalanya pelan seraya kembali mengalihkan pandangannya pada cowok-cowok di pojokan. Mereka bernyanyi sangat keras, tak peduli seberapa sumbangnya suara mereka. Sebagian penghuni kantin cekikikan melihatnya. Ada yang diam saja tak peduli. Juga ada yang terang-terangan mengeluh karena merasa terganggu.
Lucie tidak pernah tahu bagaimana pola pikir cowok bandel. Ini bukan kali pertamanya. Contohnya Sargas. Lucie juga sering melihat cowok itu keluar masuk BK karena telat, bermain bola hingga memecahkan kaca ruang guru, tali sepatu berwarna merah, nilai di bawah KKM, bikin rusuh kelas.
Ya, semua itu. Lucie tahu karena dia merupakan ketua kelas. Dia sering bolak-balik ruang guru untuk menyampaikan tugas— tentunya sampai Lucie bosan sendiri melihat muka Sargas.
“Halo semua!” sapa Sargas dengan suara nyaring sambil berdiri di atas kursi. Membuat semua orang kini menatapnya. “Kali ini, gue bakalan ngehibur kalian dengan sebuah lagu favorit gue,” umumnya dengan tingkat percaya diri bak penyanyi terkenal, serta memamerkan senyumnya. “Tapi sebelum itu, gue kasih tahu dulu. Lagu ini gue nyanyiin spesial buat cewek cantik yang ada di sana.”

KAMU SEDANG MEMBACA
You Get Message From Me
Fiksi Remaja"Jangan lupa nanti passwordnya kalau Kaela bilang 'Biskuit Gula-gula', jawabnya 'Enak dan menyehatkan!'. Kita tunggu penelepon pertama nih!" Tuut .... Tuuut .... Tuuuut .... "Halo?" Lucie terlonjak senang. "ENAK DAN MENYEHATKAN!!" teriaknya duluan t...