📯📯📯RUMAH besar bergaya klasik di salah satu daerah Tampines 23 ini telah menjadi sorotan mata Lucie sejak pertama kali melihatnya. Dia tak henti-hentinya mengagumi keunikan rumah itu.
Halaman dengan rerumputan hijau itu luas, membentuk huruf O. Di tengahnya, terdapat patung seorang Dewi dengan membawa guci—yang merupakan tempat air mancur. Di sekeliling lingkaran terdapat ukiran-ukiran bermotif tumbuhan dan patung-patung angsa melingkar.
Dinding yang membentuk halaman terdapat relief kerajaan yang sejujurnya Lucie tak mengetahui sejarahnya. Hanya saja dia mengagumi itu. Raja menghunuskan pedang di atas, di belakangnya diikuti ribuan prajurit berkoar-koar. Pangeran menusuk seorang penyihir jahat. Ratu yang tersenyum melihat Raja memberikan mahkota pada sang Pangeran, disaksikan seluruh rakyat dengan tatapan memuja.
Baru saja Lucie ingin menelisik lebih lanjut, Sargas tiba-tiba mengambil kopernya. “Ayo, gue bawain koper lo,” katanya. Sejenak, Lucie memperhatikan cowok itu. Mengerti Lucie masih diam memperhatikannya, Sargas berbalik, tersenyum jahil. “Gue udah nggak bete, Lulu. Khawatir banget lo kayaknya.”
Ya, Sargas kembali seperti sediakala. Membuat Lucie mendengus, menyembunyikan rasa leganya.
“Pokoknya, lain kali kalau gue traktir, lo nggak boleh nolak! Lo nolak, gue bunuh diri.”
“Yaudah mati aja lo sana,” sahut Lucie kejam seraya menyusul Zoya yang berjalan mendahuluinya.
“Lulu kok tega sama Abang? Ntar nggak ada yang nina boboin Lulu pas mau tidur loh!” teriak Sargas ngawur, tak terlalu keras sambil berlari menyusul.
Tante Mila dan Om Dhani sangat ramah, mereka menyambut tamunya dengan baik. Yang membuat Lucie nyaman adalah Tante Mila. Beliau selalu menatap dirinya, Sargas, Zoya, Dimas dengan mata berbinar. Seolah sangat menanti-nanti kedatangan mereka.
Bahkan beliau memeluk mereka satu per satu saat sampai di pintu depan layaknya kerabat lama. Om Dhani sampai harus membisikkan sesuatu ke telinga Tante Mila. Apa pun perkataan itu, membuat beliau cemberut sebentar.
Saat beralih ke Dimas, Tante Mila mengeluarkan omelan panjang lebar pada ponakannya itu. Yang Lucie tangkap adalah seperti ini;
“Kamu kok sombong sekarang nggak pernah ngunjungin Tante? Kamu lupa dulu siapa yang beliin kamu es krim waktu orangtua kamu kondangan? Kamu lupa dulu siapa yang bantuin kamu ngerjain peer Indonesia? Matematika? IPA? Kamu juga lupa siapa yang ngenalin kamu sama Winda? Apa kabar dia sekarang?”
Dimas menggaruk tengkuknya. “Baru tunangan sama mantannya pas SMP.”
Tante Mila terkejut. Dia kemudian menatap sedih ponakannya. “Tenang, jangan patah hati. Lupain Winda, ya? Biarin dia. Masa tunangan sama bekasan sendiri? Kayak nggak ada muka banget dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
You Get Message From Me
Fiksi Remaja"Jangan lupa nanti passwordnya kalau Kaela bilang 'Biskuit Gula-gula', jawabnya 'Enak dan menyehatkan!'. Kita tunggu penelepon pertama nih!" Tuut .... Tuuut .... Tuuuut .... "Halo?" Lucie terlonjak senang. "ENAK DAN MENYEHATKAN!!" teriaknya duluan t...