d e l a p a n b e l a s

126 16 3
                                    


⚫⚫⚫

YOU are the apple of my eye!” seru Sargas dengan ekspresi dramatis tingkat dewa. Dia berdiri layaknya pejuang cinta yang siap berorasi. Tangannya yang tergepal ia benturkan di dada. Tangan satunya lagi yang bebas terangkat di udara.

Baik Lucie, Niara, dan Nevan terdiam menatap Sargas. Ekspresi melongo terukir di wajah Lucie dan Nevan. Sementara Niara sebaliknya, bibirnya mengatup membentuk senyuman lebar saking kagumnya.

Tak lama, Nevan menoleh ke arah Lucie sambil mengernyit. “Itu bukannya judul film ya, Kak?”

“Ah?” Lucie gantian menatapnya. “Emang.”

Senyum Niara lantas pudar.

Begitupun Sargas. Dia berdecak. “Kalian semua tuh kenapa sih? Hargain dikit perjuangan orang bisa kali! Gue kan udah akting susah-susah!”

Lucie bangkit menghampiri Sargas. Dia mendorong tubuh cowok itu, berniat mengusirnya. “Nggak ada yang minta lo buat akting! Udah sana-sana!”

“Eh tunggu-tunggu! Bentar! Gue masih mikir ish! Lo kasar amat dah!”

Sargas menahan dirinya agar tetap di tempat akibat dorongan Lucie. Melihatnya, Lucie semakin memperkuat tenaganya hingga membuat Sargas meraih punggung kursi yang diduduki Niara. Ia memeluknya sekuat tenaga.

“Nia tolong Abang Nia!” pinta Sargas dengan wajah melas. Lucie melempar kode pada Niara yang membuat Niara mengangguk kemudian berdiri dari kursinya. Dan, whop! Nasib tragis pun jatuh pada Sargas yang kini oleng ke samping sambil memeluk kursi.

Ketiganya kompak tertawa keras. Begitupun Dimas dan Zoya yang  berada di ruang keluarga pun menoleh ke sumber ketawa yang asalnya dari meja makan. Kemudian, tawa Dimas dan Zoya pun ikut menyembur karenanya.

Sargas bangkit. “Nggak usah ikut-ikutan lo!” Dia menatap tajam ke arah Dimas sambil menaikkan dagunya. Dimas balas menggerutu. Sargas kemudian memalingkan muka. “Beri gue kesempatan, ya? Sekali aja. Janji kali ini bakalan serius.”

Lucie menimang sesaat. Dia lalu menatap Nevan dan Niara untuk meminta persetujuan.

“Yaudah nggak papa, Kak. Lagian Kak Sargas lucu kok orangnya,” kata Nevan yang langsung membuat Sargas sumringah.

“Ah, Epan bisa aja deh. Abang jadi malu.” Sargas langsung duduk kembali di kursi tanpa memperdulikan ekspresi ngeri di wajah Nevan.

“Duduk sini Lu!”

Dengan mata memicing, dia berkata, “Awas kalau sampai bercanda! Tahu nggak, tugas bikin puisinya tuh dari tadi nggak jadi-jadi gara-gara elo!”

“Iya iya! Gue hen sap!” cetus Sargas sambil menatap Lucie yang duduk di sebelahnya. Dia lalu menatap empat penduduk meja makan dengan takjub. “Jadi gini ya, potret keluarga bahagia kita di masa depan, Lu.”

Seketika Nevan dan Niara tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala mereka. Sedangkan Lucie sudah siap dengan garpu di meja yang dia acungkan ke muka Sargas.

“Gas. Pergi sana.”

“Oke, langsung aja,” lanjut Sargas. Mendadak ngeri sendiri melihat pelototan Lucie. “Bang Agas bakal bikin puisi yang spesial buat Epan dan Ara. Seperti yang Bang Agas bilang, temanya tentang cinta. Kenapa cinta? Karena cinta memiliki arti yang sulit didefinisikan. Hanya dengan cinta, makhluk hidup merasa lengkap. Juga dengan cinta juga kehidupan bisa seimbang.”

You Get Message From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang