d u a p u l u h s a t u

107 17 0
                                    

⚫⚫⚫

LUCIE mendadak kembali mengingat masa-masa sekolah dasarnya. Yang mana, teman-temannya duduk melingkar di sekitar api unggun. Bernyanyi. Menari. Bertepuk tangan dengan irama tertentu. Merasa semua adalah keluarga.

Pada momen ulangtahun Niara kali ini, ia merasakannya. Semua orang berkumpul ditambah adanya tetangga-tetangga yang turut bergabung meramaikan acara. Mereka berkerumun melingkari api unggun, memainkan musik sederhana. Dan bernyanyi keras-keras. Di ujung, Tante Mila dan empat wanita lainnya sedang memanggang daging. Mereka tertawa sambil melihat suami mereka bernyanyi dengan sumbang. Di sisi lain, anak-anak bermain kembang api.

Meskipun mereka asing, tapi Lucie tak merasa demikian. Ia menikmati acaranya. Bahkan ia ikut tertawa bila ada momen lucu tertangkap indra penglihatannya.

“Nih, lagi nggak ikannya?” Zoya menyodorkan piring berisi ikan bakar di depan Lucie. Aroma sedap pun menguar memasuki hidung Lucie.

Ia mengambil piring itu. “Thanks.”

Zoya mengangguk.

“Zoy, kapan ya, terakhir kali kita bareng begini? Kita berada dalam suatu keadaan dengan suasana hangatnya kekeluargaan kayak gini?” mulai Lucie.

Zoya menatapnya lama. Ia lalu tersenyum. “Setahun lalu? Pas gue ikut keluarga lo jalan-jalan ke Bali? Itu kan?” Alih-alih pernyataan, jawabannya malah terdengar ragu. Zoya memalingkan mukanya. “Kelas duabelas emang nyita waktu ya, Lu. Nggak nyangka aja gitu. Baru kemarin kita seneng-seneng, besoknya kita udah siap ujian aja.”

Lucie setuju itu. “Omong-omong, gue minta maaf sama sikap gue belakangan ini. Gue egois banget. Harusnya gue berterima kasih sama lo.”

Tangan Zoya merangkul pundak Lucie. “Iya. Lupain aja. Kebal gue. Udah ah, jangan hellow melow begini. Perusak suasana aja.”

Lucie tertawa. “Pokoknya, pulang dari sini, kita bakal kumpul lagi. Kita bakar-bakar rumah sekalian. Gue bawain cokelat seabrek. Terus kita nyanyi-nyanyi. Upload ke Instagram. Bahagia!”

“Kita kedengaran kayak orang gila, Lu.”

Mereka terbahak akan lelucon yang mereka buat. Diam-diam, Lucie memikirkan ucapan Zoya tadi. Ia tersenyum simpul. Waktu memang cepat berlalu. Begitu cepat walau kita masih ingin untuk menikmatinya lebih lama. Waktu pun menyajikan berbagai kesan di dalamnya.

Lucie melepas pelukannya kala ponselnya berdering. Ia mendengus keras. Zoya yang mengintip caller id pun tertawa. Ia menyenggol siku Lucie.

“Angkat aja udah!”

“Nih.”

“Lah kok gue?”

“Bilangin, gue lagi nggak mood.”

“Ya jangan dong. Nungguin mood lo baik keburu dia diambil orang. Gue pipis dulu. Dah.”

“Loh-loh! Zoy!” Nihil, Zoya malah menghilang. Lucie kembali menatap layar ponselnya dengan jengah. Walau begitu, ia tetap mengangkatnya.

“Layanan pesan lempar Kiefci Cinta. Mau pesan apa Kakak? Ada chicken spicy dan chicken basi. Mumpung promo murah meriah dengan paket Jomblo cuma 50 ribu,” sapa manusia kurang ajar di seberang sana.

You Get Message From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang