08. Adopsi

2.8K 183 29
                                    


Melihat Jihoo memakan es krim dengan lahapnya adalah suatu kesenangan tersendiri untukku di hari yang cerah ditemani senyumnya yang terus mengembang seakan menghapus semua luka di hatiku.

Tas belanjaan yang sedari tadi Ia teteng mengayun ke sana ke mari seirama riang hatinya. Aku memegang tangan kirinya di sepanjang jalan trotoar menuju panti asuhan agar Ia tetap aman. Sesekali bocah itu tersenyum ke arahku dan mengucapkan terimakasih karena sudah mengajaknya jalan-jalan dan tidak lupa mengisi penuh tas belanjaannya dengan mainan dan juga makanan ringan untuk semua temannya di panti.

"Kakak," panggil Jihoo.

"Iya," jawabku.

"Kenapa Kakak enggak nikah sama Kak Jungkook aja, dia baik dan kita semua juga mengenalnya."

Sontak aku terbatuk mendengar perkataan Jihoo. Seperti merasa tidak bersalah sama sekali anak itu berucap Ia tetap berjalan dengan entengnya mengayunkan tas belanjaannya.

"Jihoo, Kakak dan Kak Jungkook itu hanya berteman, sama seperti kamu dan Hyesun."

Aku mengumpamakan hubunganku dengan Jungkook sama sepertinya dan gadis cilik yang sering Ia ajak bermain di panti. Pipi Jihoo yang berisi segera merona, Ia tersenyum geli menyembunyikan wajahnya dariku.

"Tapi," Ia bercicit malu-malu. "Hyesun-ie itu spesial."

"Spesial?" Aku membeo. Jihoo mengangguk.

"Sama seperti Kak Seah untuk Kak Jungkook," sambungnya. "Kak Jungkook pernah bilang sesuatu kepadaku."

"Bilang apa?" tanyaku penasaran.

Jihoo menarik tanganku agar aku membungkuk lantas Ia berbisik, "Kak Jungkook bilang suatu saat akan menikah sama Kakak dan mengadopsiku."

Aku terkejut, Jihoo menutup rapat mulutnya dan berhenti memainkan tas belanjaannya.

"Apa Kakak marah?" tanyanya sedikit ketakutan.

Aku membelai puncak kepala Jihoo. "Tidak, kenapa Kakak harus marah," ucapku sembari tersenyum. Meski senyumku menyembunyikan ketidakpercayaan Jungkook pernah berkata sedemikian, terutama pada Jihoo.

"Tapi," suara Jihoo tiba-tiba mengecil. "Itu enggak jadi karena Kakak sudah menikah sama Tuan besar."

"Apa!" pekikku, "siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?"

"Kak Jungkook."

Aku terdiam sejenak menyadari Jungkook berusaha meracuni pikiran Jihoo atau Ia hanya sekedar curhat dengan mengada-ngada seperti yang Jihoo katakan.

"Kak, jangan bilang sama Kak Jungkook ya." Jihoo memperlihatkan mata satunya yang bulat dan berbinar. "Nanti Kak Jungkook marah kalau tau." Dan aku menyanggupinya.

Selang beberapa waktu ketika kami sampai aku melihat motor Jungkook sudah terparkir di halaman panti. Kami disambut dengan kegirangan anak-anak dan Jihoo langsung sibuk memamerkan mainannya. Dari dalam Jungkook keluar menyambutku dan juga Bibi Choi bersama seorang wanita yang tidak aku kenal.

"Senang ya, jalan-jalan sepanjang hari," sambut Jungkook dengan menghampiri Jihoo. Ia menggoda anak itu dengan mengambil mainannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi yang membuat Jihoo kesulitan untuk menggapainya membuat semua anak tertawa riang.

Melihat keduanya mengingatkanku pada pengakuan Jihoo tadi.

Menikah dan mengadopsi Jihoo. Rasanya aku bisa membayangkan hanya dengan menyebutkannya dalam hati. Jungkook yang sudah jelas mencintaiku menjadi Ayah Jihoo sekaligus suamiku dan Jihoo yang selalu menjadi penglipur laraku akan selalu berada di sisiku.

The Untold Truth (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang