24. Malam Natal

1.7K 149 14
                                    

Rasa dingin merayap disaat dokter mulai menaruh ultrasonic gel di atas perutku, sesaat setelahnya ia mulai menggerakkan transducer yang segera gambar hitam putih terbias di layar komputer. Perasaanku campur aduk saat dokter mulai menjelaskan perkembangan janin yang saat ini bisa kulihat dengan jelas, air mataku luruh mendengar detak jantungnya yang sudah terdengar di awal kehamilanku ini.

Seperti di bawah laut yang dalam, dimana sebuah kantung berisikan malaikat kecilku tengah bernaung, meski hanya setitik kecil rasanya aku bisa merasakan kehadirannya di dalam perutku. Ibu tersenyum memandangnya tanpa lengah sembari menggenggam tanganku.

Rasanya baru kemarin kami dihantam cobaan yang berat. Meski nyaris menghancurkan semua keteguhanku, namun sekarang aku punya alasan yang besar untuk bangkit.

Aku yakin, tanpa Yoongi aku bisa.

Ketika kami keluar dari ruangan Obstetri Jungkook segera berdiri dari tempatnya duduk beringsut menghampiri kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kami keluar dari ruangan Obstetri Jungkook segera berdiri dari tempatnya duduk beringsut menghampiri kami. Melihat senyumanku yang merekah seakan ikut tersalurkan kepadanya juga.

Semenjak Ibu memberinya pekerjaan ia selalu menuruti semua perintah Ibu. Kemana pun Ibu pergi Jungkook selalu berada di sisinya. Kami memang tidak memiliki supir pribadi, aku juga tidak bisa menganggap Jungkook bekerja untuk itu, namun anggap saja ia seorang mahasiswa yang beruntung menjadi asisten seorang CEO sekarang.

Aku pun tidak pernah mengetahui ketrampilan Jungkook dalam menyetir mobil. Setauku ia hanya bisa menaiki motor mengingat kemana pun kami pergi dulu akulah yang menjadi pengendali setir, namun, aku kira ia lebih baik dariku.

"Nyonya Kim bisakah aku meminta sesuatu?" ucap Jungkook tiba-tiba yang fokus menyetir. Ibu yang berada di jok belakang bersamaku lantas menyahuti. "Iya?"

"Aku ingin minta izinmu, jika saja boleh."

Senyum Ibu tersimpul. Menghiraukan tablet yang berisi serba serbi masalah perusahaan kali ini ia ingin fokus mendengarkan permintaan anak buah barunya.

"Jika boleh aku ingin mengajak Seah pergi malam ini." Dengan ragu-ragu namun akhirnya kalimat seperti ini terucap juga oleh Jungkook.

Ia berkata ingin bersamaku dengan cara yang benar, tidak ingin menyembunyikan apa pun itu sekarang. Masa bodoh dengan statusku yang masih menyandang istri Yoongi, ia ingin Ibu dan Ayah tau tentang keseriusannya untukku.

Satu helaan napas keluar dari bibir Ibu, kebimbangan mulai menyeruak dari wajahnya yang sudah tidak muda lagi.

"Aku sudah bilang ini ke Seah, bagaimana pun hubungan kalian sekarang aku tidak ingin memaksakan apa yang bukan menjadi keinginannya." Tangan Ibu terulur mengusap kepalaku. "Asalkan ia bahagia apa pun akan aku usahakan," lanjutnya.

Setenang mungkin Jungkook mengemudi sembari mendengarkan Ibu berbicara sesekali melihat kami dari kaca spion dasboard mobil.

"Tapi aku harap kau mengerti batas-batasannya untuk sekarang mengingat Seah masih menjadi menantu keluarga Min."

The Untold Truth (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang