22. Kembali

1.5K 151 36
                                    

"Hay, Seah, lama ya tidak bertemu."

Rasa muak yang selalu kurasakan ketika mendengar suara wanita ini kembali hinggap di telingaku, ia tidak berubah sama sekali dari terakhir kali kita bertemu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku penuh penekanan. Bagaimana pun rasanya aku ingin menjambak rambutnya dan segera menendangnya pergi dari sini.

Karin terkekeh dengan ciri khas aktingnya. "Oh, wow, apa kau juga lupa ingatan?"

Ya. Ia wanita yang sama, mencela dengan santai namun penuh intimidasi.

"Karin, kau sudah lama tidak ke sini. Bahkan kau melupakan Yoongi saat dia membutuhkanmu." Meski berat aku mengutarakannya.

Karin melipat tangan arogan, lantas membuang wajahnya acuh terhadapku.

"Aku ke sini tentu ingin menemui Yoongi, dia masih kekasihku. Dan benar saja kau mengambil kesempatan dalam kesempitan."

"Aku tidak melakukan apa pun, kau yang tidak ada untuknya di saat dia-"

"Sudahlah Seah, aku ke sini hanya ingin melihat keadaan Yoongi. Dia melupakanku, tapi kau juga tidak harus memanfaatkan keadaan ini, bukan." Karin masih bisa tersenyum ringan seolah semua baik-baik saja.

Ia memangkas jarak di antara kami dan berbisik, "kau tidak seharusnya mendapatkan Yoongi, ia ingat seberapa besar ia membencimu. Dasar pelacur!" Kali ini suaranya benar-benar mengincim dan senyum terpaksanya tadi hilang berganti wajah tajam menindas.

Ia pergi. Aku termenung mengumpulkan segala keberanian untuk masuk ke dalam apartemen.

Ketika Karin bilang Yoongi mengingat semuanya aku hanya berpikir kami masih bisa tetap sama seperti hari lalu. Ia tetap Yoongi yang kukenal tiga bulan ini yang telah jatuh cinta padaku.

Pintu apartemen terbuka yang dibarengi bunyi click. Sepatu kerja Yoongi terletak di rak menandakan ia benar-benar sudah pulang. Aku melangkah melewati lorong dengan getir, tanpa kusadari jemariku bergetar hanya untuk menemuinya setelah bertemu Karin.

Yoongi terduduk di sofa dengan kaki berjigang, tangannya terlipat bersama tatapan dingin yang nyaris beberapa bulan ini tidak kutemui.

Ketika ia sadar akan keberadaanku matanya segera tertuju menatapku dengan angkuh. Mimik wajahnya tegas tak bergaris -ia Yoongi yang kukenal sembilan bulan lalu.

"Pembohong!" sentaknya seketika. Ia mengangkat tubuhnya lantas berdiri menghampiriku.

Tubuhku bergetar, nyaliku menghilang seiring sifat hangatnya yang memudar dalam sekejap.

"Y-yoongi, ki-kita bisa membicarakan ini," kataku terbata.

"Membicarakan apa, huh!? Dasar jalang!" celanya penuh emosi melupakan segala sesuatu yang telah kita lewati beberapa bulan ini.

Air mataku tumpah, aku tidak mengira ia akan tetap sama menjadi Yoongi yang tidak bisa menerimaku.

"Kita sudah berjanji Yoongi, kau sendiri yang bilang tidak ingin membahas apa yang telah terjadi pada pernikahan kita sebelum kau lupa ingatan, kau bilang mencintaiku," ucapku menahan agar air mataku berhenti mengalir.

Aku masih belum menerima Yoongi yang hangat, baik, periang serta menyayangiku berubah secepat ini.

"Aku akan menceraikanmu Kim Seah!" bentaknya tepat di depan wajahku.

Dadaku serasa diremas. Perasaan remuk redam kembali kurasakan. Aku menangis sesenggukan di hadapannya.

"Kau seharusnya bilang ke keluargamu mengenai aku yang tidak bisa menerimamu! Seharusnya kau bilang ke mereka tentang pernikahan sial ini! Kenapa kau malah mengekangku bersamamu seperti ini, huh!" rancau Yoongi terlihat sudah begitu muak.

The Untold Truth (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang