11. Untuk Jihoo

1.6K 152 28
                                    

Aku berlari secepat yang aku bisa menyusuri gang-gang lama yang sangat kuhapal. Di benakku saat ini hanya ada Jihoo, Jungkook tidak mengatakan apapun selain menunjukan tempat di mana saat ini ia berada.

Aku nyaris terjatuh karena tidak hati-hati, jantungku berdebar kencang seirama hentak kakiku yang semakin gencar. Dari jauh aku melihat Jungkook, matanya segera menebarkan kekhawatiran yang nyata. Ia sendirian di depan sebuah rumah yang tak terurus.

"Jungkook apa yang terjadi?" cecarku sembari mencoba mengatur napas yang tak beraturan sebab berlari barusan. "Dimana Jihoo?" tanyaku mencari cemas.

"Bibi menghubungiku tadi pagi, Jihoo sudah tidak ada di kamarnya sejak kemarin malam," jelas Jungkook. "Ada yang melihat ia pergi bersama Ayahnya."

Mataku melebar. "Tidak, tidak mungkin!"

"Aku sudah menghubungi polisi, kejaksaan setempat juga sudah memberitahuku Ayah Jihoo tidak mendapat surat kebebasan. Ia kabur dari penjara."

Air mata segera memenuhi mataku, kegelisahan akan hal-hal buruk tumpah dalam sekejap mengisi kepalaku.

"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang Jungkook!"

"Aku sudah menghubungimu puluhan kali! Kau tidak menjawabnya."

"Maafkan aku," sesalku. "Kemana kita harus mencari Jihoo?"

Jungkook menghembuskan napasnya kasar. Aku sadar ia tengah memperhatikan leherku. Yoongi meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Aku sudah menyusuri rumah ini mereka tidak ke sini," jawabnya enteng.

Aku menatap rumah di belakang Jungkook, aku masih ingat pertama kalinya datang ke sini untuk membawa Jihoo ketika Ayahnya masuk penjara. Letaknya yang berjarak hanya beberapa meter dari panti asuhan membuatku tak pernah lupa.

"Lalu bagaimana dengan polisi?" sahutku.

"Jika mereka segera menemukannya aku tidak akan ada di sini untuk mencari Jihoo," ungkap Jungkook sedikit sinis. "Lagi pula jika ini terjadi pada anakmu apa kau akan tenang-tenang saja sampai polisi menemukan mereka," lanjutnya tanpa melihatku.

"Aku tidak tenang Jungkook, andai aku tau ini sejak kemarin malam. Aku tidak akan pulang dari panti asuhan."

"Aku tidak menyalahkanmu Seah, aku hanya bilang biar polisi bertindak aku tidak akan hanya menunggu, apa lagi masih sempat-sempatnya-" Jungkook melirik dari ekor matanya, lebih tepatnya padangan itu tertumbuk penuh pada leherku. "Ah, sudahlah." Jungkook terdiam, membuang wajahnya ke arah lain.

"Lalu aku harus bagaimana?" Air mataku mulai jatuh. "Aku akan mencari Jihoo sampai menemukannya."

"Aku sudah bilang pada polisi tempat Ayah Jihoo biasanya berjudi, mereka sedang memeriksa ke sana," jelas Jungkook. Ia menatapku yang menangis dengan acuh. "Sudahlah jangan menangis," serunya.

"Tapi, Jihoo." Jungkook menarikku ke dalam pelukannya. Ia membelai rambutku.

"Aku akan menemukan Jihoo, ia akan baik-baik saja," tuturnya. "Aku tau tempat di mana biasanya teman-teman Ayah Jihoo berkumpul."

Kepalaku mendongak. "Apa kau akan ke sana?"

"Ya. Aku tidak bisa menunggu polisi yang bertindak," ucap Jungkook.

"Aku ikut," pintaku.

Jungkook melepaskan pelukannya. "Aku akan pergi sendiri. Kau jangan ikut, tunggulah di panti aku akan membawa Jihoo pulang."

"Tidak, aku harus ikut," sergahku keras kepala.

"Mungkin ini akan berbahaya Seah," wanti Jungkook. "Kau tunggu saja di panti."

The Untold Truth (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang