Mataku terbuka menampilkan sesosok Yoongi yang masih tertidur pulas di sisiku. Melihatnya saat ini serasa kedamaian seluruh dunia bersarang di sini.
Aku tidak pernah menemui wajah dengan kedamainnya terlelap yang hanya sering menyisakan keacuhan itu. Tak bisa ku pungkiri, Ia sangat indah.
Entah sejauh apa Ia menyiksaku, tapi rasanya hatiku terlalu candu untuk jatuh lebih dalam kepada sosoknya yang dingin walau kejam.
Ya, Ia ini sangat kejam.
Semalam menyentuhku lagi di sini seperti tak pernah ada badai yang datang.
Aku tidak tau apa yang sebenarnya Yoongi pikirkan, semalaman Ia tidak henti-hentinya bilang mencintaiku setelah semua yang terjadi seakan Ia punya kepribadian ganda, dan akulah objek pelampiasannya.
Aku bangun menuju kamar mandi dengan langkah pelan agar tidak membangunkan Yoongi. Kusiapkan air hangat dan segera kurendamkan tubuhku di bak mandi.
Yoongi aku sakit karena perlakuanmu ini, aku tidak tau seperti apa dirimu sebenarnya. Kita sangat dekat tapi aku tidak mengenal bagaimana dirimu....
Hanya terpejam hatiku mengadu sakit, dengan seperti ini aku terus memikirkan Yoongi. Semalam mungkin akan mengisi daftar terindah dalam hidupku jika aku tak ingat bagaimana terakhir kali Yoongi meniduriku lalu mencaci-makiku.
Aku tidak ingin menyimpulkan mengenai Yoongi lagi. Terakhir kali aku mengira Ia menerimaku, disaat itu pula Ia membawa Karin. Meski jujur aku terlalu naif untuk berharap Ia menyentuhku dengan perasaan, yang mungkin sudah jelas semalam itu sama seperti seminggu yang lalu.
Selesai mandi aku melihat Yoongi masih tertidur pulas di ranjangku. Aku meninggalkannya untuk menyiapkan sarapan, lebih tepatnya sarapan untuk diriku sendiri.
Untuk siapa jika aku akan menyiapkan sarapan? tidak mungkin untuk Yoongi. Ia tidak pernah memakan masakkanku. Setiap harinya memang akan selalu seperti ini, mulai dari sarapan, makan siang, sampai makan malam aku akan sendiri. Meja makan di apartemen ini saja sampai sekarang tidak pernah terpakai. Aku selalu makan di meja dapur, seperti sekarang contohnya aku tengah sarapan dengan roti selai dan segelas susu.
Ceklek.
Aku nyaris tersedak melihat Yoongi keluar dari kamarku hanya menggunakan handuk di pinggang dengan badan dan rambut yang basah. Ia segera masuk ke kamarnya yang berada di sebelah kamarku.
"Yoon-gi mandi di kamar mandiku!" Aku bergeming terbata kaget melihat Yoongi barusan.
"Apa Yoongi sudah menerimaku?" seruku sendiri yang dimana batinku langsung membenarkan.
Tidak mungkin. Sadarlah Seah Ia tidak bisa menerimamu!
Setelah selesai sarapan, aku bersiap-siap untuk pergi ke panti asuhan. Teringat pada Bibi semalam bahwa anak-anak akan ikut juga melelang karya seni mereka dan aku berjanji akan membantu mereka. Tepat ketika langkahku terhenti di depan pintu kamar Yoongi, perasaan mamang mulai menggrayangiku. Apa aku harus berpamitan dengannya saat aku sendiri tidak pernah memberitahu kemana pun kepergianku. Ia sendiri mungkin tidak peduli selama ini aku selalu pergi kemana. Tapi, ini untuk pertama kalinya Ia ada di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Truth (End)✓
FanfictionLelaki dingin itu suamiku ---Min Yoongi. Kami menikah karena sebuah perjodohan, namun pernikahan ini lebih tepat disebut sebuah tragedi karena Ia yang tidak bisa menerimaku, dan aku sendiri tetap mencintainya meski itu yang berlaku. Tidak pernah te...