16. Ingatan

1.6K 148 10
                                    

Aku telah hancur ribuan kali hanya karena mencintai satu orang.

-Kim Seah-

.
.
.
.
.
.


"Seah kau dimana? Yoongi Seah, Yoongi kecelakaan."

Satu kalimat dari Ibu sekejap merenggut kesadaranku dari dunia. Pikirku tersedot ke suatu ruang hampa yang sunyi namun memekikkan.

Mataku melebar dan bergetar mencari ponsel yang kujatuhkan. Tanganku berusaha menempatkannya kembali di samping telingaku. Jungkook tertegun menyadari ada yang salah dari panggilan di seberang sana.

"Seah ada apa?"

"Seah kau mendengarku?!"

Aku berusaha untuk tetap tenang dan bertanya di mana Yoongi sekarang. Ketika mendengar kata Yoongi kedua alis Jungkook nyaris menyatu, kami bertatapan namun suara serta pendengaranku tetap fokus pada Ibu.

"Aku akan ke sana sekarang." Aku menutup panggilan segera beranjak dari ranjang dan bergegas untuk pergi.

Jungkook menahanku.

"Seah, ada apa?" cecarnya begitu khawatir. Aku tidak menggubrisnya dan terus berusaha mencari sepatuku.

"Seah!" bentak Jungkook.

Ini untuk pertama kalinya ia bersuara sedikit lantang kepadaku. Jemariku semakin menggigil, rasanya seluruh tubuhku mati rasa kecuali pikiranku yang terus terarah akan keadaan Yoongi.

"Maaf Jungkook aku harus pergi. Yoongi, dia, dia kecelakaan," rancauku masih mencoba mencari sepatuku. Ketika melihat benda putih yang serupa berlawanan bentuk itu di samping rak alat lukis aku segera menggapainya dan berniat keluar. Namun, tangan Jungkook segera menggapai pergelangan tanganku.

"Tidak!" gertaknya.

Ia mencengkeram pergelangan tanganku dengan sangat erat. Aku berusaha melepaskan tangannya.

"Lepaskan Jungkook, aku harus pergi."

"Sudah cukup Seah. Barusan Seah! baru beberapa menit yang lalu kau bilang benci pada lelaki itu. Sekarang kau ingin pergi padanya lagi. Takkan kubiarkan kau kembali padanya lagi!" seru Jungkook menunjukkan kejengahan yang tidak terbendung.

Ia menarikku membiarkan tubuhku terbanting begitu saja di ranjang. Kedua tangannya meremas rambutnya dengan frustasi sebelum satu pukulan darinya terhempas mengenai samsak tinju yang sejak dulu memang sengaja ia gantung di sini untuk latihan.

"Jungkook kumohon jangan egois. Yoongi kecelakaan Jungkook, dia-" Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Jungkook sudah memotongnya dengan sarkas.

"Biarkan! aku tidak peduli. Biar dia mati sekarang pun aku takkan membiarkanmu lari kepadanya lagi." Jungkook menghampiriku. Ia memegang kedua lenganku. Matanya begitu merah menunjukkan kekesalan yang entah seberapa buruk jika mendengar ucapannya barusan.

"Sudah cukup Seah kau terluka karenanya. Jangan lagi kau hiraukan Min Yoongi!" bentak Jungkook untuk kesekian kali.

"Apa kau tidak berpikir, hah! Baru semalam kau ingin menyerah. Jangan lagi Seah, jangan!" lanjutnya seakan sudah menyerah mencari kata untuk menyakinkanku agar aku tidak pergi.

"Iya Jungkook. Tapi jangan egois, aku mohon, aku harus pergi," pintaku memegang tangannya sembari memelas agar ia melepaskan cengkeramannya dari lenganku.

The Untold Truth (End)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang