Di saat aku merasa mencintaimu adalah pilihan yang benar, di saat itu pula kau menepikanku di batas kehancuran.
-Kim Seah-
.
.
.
.
.
.
.Malam sudah sangat larut ketika aku sampai di apartemen yang sunyi tanpa keberadaan Yoongi. Aku segera masuk ke dalam kamarku. Mengingat kejadian tadi pagi membuat hatiku mengganjal. Hanya masuk ke dalam sini segalanya berubah. Hatiku yang semula tenang tiba-tiba diserang rasa sedih mengingat semua kejadian yang telah terjadi semenjak kami pindah. Sunyinya kamarku menjadi saksi bisu kebungkamanku akan rasa sakit yang kucoba pendam. Yoongi tidak pernah ada untukku. Di saat Ia bilang kami tidak perlu bersandiwara, disaat itulah kamarku menjadi milikku dan kamarnya menjadi miliknya.
Hanya terhalang batas tembok. Di sebelah aku mendengar suara televisi yang menyala meski suaranya nyaris teredam. Entah Ia sudah tidur atau belum. Namun hatiku sedikit berharap Ia terjaga untuk menungguku meski itu tidak mungkin. Ia mungkin hanya membiarkan televisinya menyala selarut ini dan tertidur.
Aku nyaris merebahkan tubuhku sebelum bunyi ketukan pintu memanggilku.
"Seah, buka pintunya." Dari luar suara Yoongi membuatku terhenyak.
Aku membukakan pintu untuknya. Segera pandangan kami saling bertaut satu sama lain.
Lelaki yang selalu kurindukan kini berada di hadapanku dengan rupa masamnya yang berantakan.
"Ada apa Yoongi-ssi?" pertanyaanku yang tidak Ia gubris. Ia hanya menatapku cukup lama tanpa ekspresi.
"Seah, kau istriku," ucapnya lantas tiba-tiba Ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku.
Mataku membulat. Aku sedikit tersentak namun segera terpaku dengan ciuman yang Yoongi berikan. Untuk sesaat aku terbuai dan terpejam membiarkannya menjamah bibirku. Sampai sesuatu yang sesak menyadarkanku bahwa semua ini tidak benar.
"Kau mabuk Yoongi," seruku sembari menjauh yang tanganku segera Ia tarik ke dalam pelukannya.
"Aku tidak mabuk aku sadar." Jarak kami sangat dekat. Jantungku mulai berdetak tidak menentu menatap wajah Yoongi untuk pertama kalinya dalam jarak sedekat ini.
''Apa kau mencium aroma alkohol?" bisiknya yang aku bisa mencium aroma mint dari deru napasnya yang lembut. "Aku tidak mabuk, Seah" jelasnya sekali lagi.
"Tapi-" belum sempat aku melanjutkan kata-kataku Yoongi sudah mendaratkan bibirnya lagi. Kali ini Ia dengan memeluk tubuhku.
Aku hanya diam mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Di setiap aku ingin menghentikannya, Ia malah bertambah memelukku erat seolah berkata jangan.
Suatu alasan menyeruak ketika Ia berhenti dan meraih tanganku untuk meninggalkan kecupan nan lembut di jari telunjukku yang tertutup plester sebab tadi pagi terluka dan Ia tau itu.
Apa sekarang Ia sudah sadar dan menyesal untuk semua perlakuannya selama ini?
Atau ... apa Ia sudah menerimaku?
Belum sempat semua pertanyaanku terjawab Yoongi sudah menggendong tubuhku ala bridal style dan membawaku ke ranjang yang selama ini tidak pernah Ia sentuh: ranjangku.
"Malam ini biarkan semuanya berlalu. Bahwa aku ke duniamu Min Seah."
Untuk pertama kalinya Ia memanggilku dengan marga yang sama dengannya. Untuk pertama kalinya pula aku melihat sikap hangat seorang Min Yoongi yang selalu dimiliki wanita lain datang padaku tanpa sedikit pun terselip rasa acuh yang selama ini Ia perlihatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Truth (End)✓
FanficLelaki dingin itu suamiku ---Min Yoongi. Kami menikah karena sebuah perjodohan, namun pernikahan ini lebih tepat disebut sebuah tragedi karena Ia yang tidak bisa menerimaku, dan aku sendiri tetap mencintainya meski itu yang berlaku. Tidak pernah te...